Ada yang bilang hutan, manusia dan satwa merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Lalu bagaimana jika satu kesatuan tersebut terpisah atau tidak menjadi satu kesatuan lagi (ada yang tersakiti)?
Hutan, dikatakan sebagai elemen terpenting bagi sumber kehidupan makhluk hidup termasuk manusia dan satwa. Adanya hutan yang baik sedikit banyak memberikan arti yang tidak ternilai pula bagi manusia dan semua nafas kehidupan yang dimanjakan serta diberikan secara gratis oleh adanya keberadaan hutan.
Bayangkan saja, bila hutan tidak ada, bagaimana jadinya kita bernafas?. Sanggupkah kita membeli udara setiap harinya? atau juga bisakah kita bernafas dengan udara yang tidak disaring?. Kendaraan yang semakin bertambah setiap harinya di kota-kota besar ditambah lagi dengan kegiatan industri. Tentu hal ini menjadi tanda bahwa hutan begitu penting bagi penyediaan udara sebagai sumber hidup. Â Â
Nah, bagaimana seandainya manusia dan satwa serta nafas kehidupan makhluk hidup lainnya hidup tanpa hutan? Hujan yang turun saat musim penghujan tiba, bila tidak ada hutan atau pohon maka sudah pasti tidak diserap oleh akar-akar pohon apa jadinya. Sudah pasti, air akan melimpah dan mengalir tidak tentu arah dan menuju segenap penjuru. Sudah pasti pula manusia dan satwa tidak akan kuat menahan dengan adanya terpaan dan terjangan kekuatan deru air yang mengalir (banjir bandang).
Katanya tatanan kehidupan makhluk hidup menjadi satu kesatuaan yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Sang pencipta menciptakan satu kesatuan bagi semua makhluk yang mendiami bumi ini baik adanya. Namun, bagaimanakah kini (saat ini) terkait satu kesatuan diantara hutan, manusia dan satwa? Masihkah berjalan selaras?.
Entahlah, namun yang pasti berbagai gambaran atau secara kasat mata boleh dikata antara satu diantara hutan, manusia dan satwa tidak lagi berjalan selaras. Hubungan baik yang terjalin diantara ketiganya sudah terlampau bergeser. Hutan dan satwa acapkali menuai derita karena disakiti oleh manusia.
Sakit atau disakiti tertuang dalam realita nyata yang kerap kali muncul. Lihat kerusakan lingkungan (degradasi) hutan yang terjadi oleh karena perluasan areal/lahan berskala besar. Apa sebab yang ditimbulkan dari hal itu?. Â Sering kali banjir datang dan muncul kembali berbarengan dengan longsor atau juga kebakaran lahan. Terhimpitnya habitat hidup satwa berupa hutan kian menipis diambang terkikis habis. Demikian pula halnya dengan satwa yang semakin langka dan sulit bertahan dimbah lagi dengan adanya perburuan, serta perdagangan yang kian merajalela. Tentu, hal ini menyedihkan mengapa sampai terjadi.
By : Petrus Kanisius- Yayasan Palung