Bumi menjadi milik semua secara bersama-sama pula. Tidak ada kata untuk melawan bumi, tetapi sejatinya menjadi kawan bumi. Mengapa seperti itu, tengok saja tubuh bumi tidak henti-hentinya berada dalam sakit panas dingin menggigil berimbas pada kita penghuninya.
Bumi telah banyak bersabar akan nasibnya yang kian merana karena ulah kita semua (manusia). mengambil energi, tetapi tidak hemat energi malah mengeruk tiada henti. Memerlukan air, tetapi menghilangkan sumber air berupa hutan hingga tercipta padang gersang juga ilalang. Hidup berdampingan dengan bumi, tentu kita juga memberlakukan, menghargai bumi sebagai kawan sekaligus juga sebagai pemberi manfaat yang seharusnya dicintai dan dilindungi sebagaimana kita mencintai diri sendiri dan orang lain.
Bila kita jatuh sakit (sedang sakit) kita akan merasakan bagaimananya rasanya sakit yang terjadi dengan diri kita. Demikian pula mungkin yang terjadi pada bumi, mungkin seperti itu pula dia merasakan apa yang terjadi pada dirinya (bumi/ rumah kita).
Ayo kurangi kerusakan hutan untuk bumi dan kehidupan agar/bila boleh berlanjut. Sumber; Yutube.
Semua menjadi tugas kita semua secara bersama dan mulailah dari diri. Hanya itu cara yang bisa dilakukan kini sebagai bentuk, langkah, aksi untuk menghargai bumi. Tentu, tidak untuk memaksa tetapi bagaimana keikhlasan dari semua tanpa harus memaksa. Ikhlas tanpa memaksa, itu mungkin cara ampuh atau mau tidak mau harus untuk mengobati, memperlambat agar bumi masih boleh bertahan hingga nanti. Semoga saja...
By : Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H