Cintai Bumi, hargai bumi seperti kita menghargai diri kita sendiri. Foto dok. Yayasan Palung.
Tanah longsor, panas terik membakar kulit hingga kering kerontang akan menjadi penanda tentang kini rumahku sedang sakit dalam usia menjelang tua renta yang kian merana nasibnya.
Tidak hanya longsor, panas terik, sebagai penada  bumi sedang sakit menjelang sekarat, banjir bandang juga penanda nyata dan gambaran jelas saat ini telah dan sedang terjadi. Mengapa rumah kita? Bukan rumah mereka? atau rumahku?.
Tidak bisa disangkal-sangkal, apa yang terjadi kini terkait panas bumi membakar kulit, longsor yang tak sedikit melelan korban jiwa, demikian juga dengan banjir bandang yang kerap kali menghadang. Tentu ini menjadi pengingat, pemberi makna terkait nasib bumi menjadi tanda untuk keberlanjutan atau akan segera berhenti?.
Bumi milik semua secara bersama. Tentu ini boleh dikata rumah kita bersama. Jika kita mengengok, mungkin juga mengalami saat ini tidak henti-hentinya, banyak hal yang menimpa keberlanjutan bumi. Terus siapa pula yang peduli?.
Sumber video: yutube.com.
Hari bumi memang telah berlalu dan terus diperingati untuk menghormati fungsi dan keberadaan serta manfaatnya bagi kita semua, tetapi sejatinya tidak untuk cepat lupa (sekedar seremonial), selanjutnya bumi tinggalah bumi. Pernahkah kita menyadari tentang apa fungsi dan manfaat bumi bagi nafas sumber hidup segala makhluk bernyawa?.
Bumi sedang sakit, tidak pula hanya sakit tetapi sekarat. Bumi perlu sehat walau sudah semakin sulit sehat kembali. Tidak sedikit pula yang mengatasnamakan bumi sebagai alasan hanya untuk berlindung namun cenderung memusnahkan seisi bumi dan keberadaan bumi.
Dokumentasi bukti nyata penebangan hutan Kalimantan. Sumber Greenpeace/yutube.
Bumi sedang sakit, perlu obat yang nama aksi nyata. Apapun namanya aksi bukan janji atau rencana belaka. Banyak berkoar tetapi tak sedikit pula yang berkoar-koar tetapi hanya kalikan nol saja, jika boleh berujar sesuai realita tidak angan-angan. Obat mujarab nan ampuh, itu yang  diperlukan rumah kita bersama bernama bumi itu kini.
Tua renta, entah kapan akan berakhir?. Tak semua yang tahu, hanya Tuhan Yang Esa yang maha tahu yang mengetahui kapan bumi akan berhenti. Namun, bila kondisi bumi yang saat ini terjadi terus menerus seperti ini mungkin bumi akan cepat berhenti atau kita yang mendiami bumi merasa resah juga gelisah karena bumi semakin sakit tak kunjung sehat dan terobati.