Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Rizal Alqadrie: Mengikuti Aktivitas Peneliti Orangutan di Stasiun Penelitian Cabang Panti (TNGP)

29 Maret 2016   12:06 Diperbarui: 29 Maret 2016   12:38 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Orangutan bernama Alfred yang mendiami hutan di sekitaran Stasiun Penelitian Cabang Panti, TNGP. Foto dok. Rizal Alqadrie.

Menyambangi hutan dan berjumpa secara langsung beberapa primata endemik (langka) mungkin menjadi dambaan kebanyakan orang. Nah, Berbagi kisah menarik dari seorang teman yang berkunjung (menyambangi) stasiun Penelitian Cabang Panti, TNGP sepertinya menarik juga untuk disimak. Adalah Rizal Alqadrie dari Yayasan Palung, selama satu pekan mengikuti aktivitas peneliti orangutan di Stasiun Penelitian Cabang Panti, di Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).

Tepatnya tanggal 17-23 maret 2016, Ia berbagi kisah saat berjumpa dengan orangutan, kelempiau dan keindahan beberapa jenis tumbuhan yang menjadi pakan (makanan) kesukaan orangutan.  

Aktivitas mengikuti orangutan dan satwa lainnya seperti kelempiau mereka lakukan dari subuh hingga senja menyapa.

Tidak hanya itu, keindahan dan menjelajahi hutan TNGP sungguh menyenangkan, ungkap rizal (31 tahun).  Berbekal kamera, saban hari selama 5 hari merupakan waktu efektif melakukan aktivitas bersama para peneliti dari luar dan dalam negeri, kisal Rizal lagi.

 Airnya jernih, air ini disebut dengan nama Air Putih yang letaknya di Cabang Panti, TNGP. Foto dok. Rizal Alqadrie

 

Berikut aktivitas sehari-hari Rizal saat berada di Cabang Panti;

Tanggal 17 maret 2016, berangkat dari Desa Semanjak menuju Camp Penelitian Cabang Panti (stasiun Riset Cabang Panti) TNGP. Lama perjalanan menggunakan perahu (sampan) kurang lebih 6 jam perjalanan untuk sampai di Camp Cabang Panti. Kegiatan berakhir pada tanggal 23 maret 2016. Selama berada di Camp Cabang Panti, terhitung selama 5 hari mengikuti aktivitas peneliti di TNGP

Hari pertama, hari jumat, tanggal 18 maret 2016 mengikuti tim peneliti OH (Orang Hutan), yang terdiri dari Toto dan Sapta (Asisten Peneliti) untuk mengikuti aktivitas orangutan. Para peneliti dan saya, mengikuti orangutan bernama Alfred. Aktivitas mengikuti orangutan tersebut dari 03.30 - 17.30 wib. Selama mengikuti orangutan tersebut, kami melihat aktivatas orangutan makan sebanyak 21 kali. Adapun makanan yang dimakan oleh orangutan Alfred tersebut adalah buah empening (Lithocarpus sundaicus), 

kemudian juga orangutan alfred tersebut memakan umbut rotan dan daun muda berupa daun liana, selain itu, orangutan memakan daun pandan (Pandanus, Sp), orangutan tersebut juga sedang memakan buah sempal idong dan daun muda rengas (Gluta, Sp). Ada yang menarik dari orangutan alfred, ketika meminum air dia tidak meminum air dari atas pohon, tetapi orangutan tersebut turun ke tanah. Alat-alat pendukung penelitian yang kami bawa ketika mengikuti orangutan bernama Alfred antara lain; binokuler, kompas, GPS dan peta jalur. Sedangkan jalur yang kami lalui adalah jalur UB sampai jalur SP 70.

Hari kedua, sabtu, 19 maret 2016. Saya mengikuti Tim KKL, untuk melakukan sensus primata. Sensus primata tersebut kami lakukan pada pukul 05.00-12.30 Wib. Kami hanya mendengarkan suara kelempiu saja. Dalam sensus yang dilakukan, jarak sensus setiap 50 meter dengan waktu pengamatan 3-5 menit. Alat-alat yang kami bawa, Alat-alat pendukung penelitian yang kami bawa ketika melakukan sensus antara lain; binokuler, kompas, GPS dan peta jalur. Kami melakukan sensus tersebut dari DT 5- jalur MB.

Hari ketiga, minggu, 20 maret 2016. Saya mengikuti Toto untuk melakukan Pheno (phenologi) pakan orangutan dari jalur SF sampai EB 1. Kami melakukan pheno tersebut pada 07.05 -15.20 Wib. Kami melakukan pengecekan di setiap pohon pakan, apakah berbuah, berbunga dan berdaun muda. Tujuan dari pheno tersebut untuk mengetahui daya jelajah (rute-rute pohon yang di lewati orangutan) dan mengetahui jenis-jenis pohon yang disukai oleh orangutan.

 Kesulitan selama melakukan pheno, karena sudah lama tidak dilakukan dan orang yang melakukan pheno tersebut bukan orang yang sama. Selanjutnya alamat pohon dan nomor pohon banyak yang sudah hilang. Jika nomor/pita dari pheno yang lama maka akan dipasang kembali dengan nomor yang sama. Pohon-pohon yang berada di sekitar jalur tersebut acak. Kesulitan lainnya adalah ketika pita yang lama tidak seragam. Sekarang, penandaan setiap pohon pakan menggunakan pita berwarna biru agar mudah mengidentifikasinya (menemukannya). Ada juga data Pheno lama nomornya salah dengan data base yang ada. 

Jadi, data yang di pohon dibenarkan. Ada perdedaan saat melakukan pheno pakan orangutan dan kelempiau. Perbedaannya adalah pada penghitungannya. Kalau pheo pakan orangutan menggunakan rumus crop size, sedangkan untuk tim pheno KKL menggunakan cara penghitungan prosentase (%). Adapun alat-alat yang kami bawa saat melakukan penologi sama ketika kami melakukan di hari pertama hingga hari keempat. Pada saat melakukan pheno kami sempat bertemu dengan orangutan berna lupus di jalur AT, pada pukul 13.30 wib.

Hari Keempat, senin, 21 maret 2016.  Mengikuti Tim KKL, Rizal bersama Zakaria (Jeck) melakukan phenologi KKL. Pada pheno ini, kami melakukan pengamatan daun muda, bunga, buah dan daun gugur. Kami melakukan pheno dengan transek dengan ukuran 20x20 meter dari jalur. Pohon pakan tersebut, berdiameter diatas 10 cm. Pada penhitungannya daun gugur juga ikut di hitung dengan penghitungan persentase (%). Kami melakukan pheno KKL di jalur PR. Kami melakukan pheno tersebut dari pukul 07.25-11.00 Wib. Dari jenis pohon-pohon yang banyak gugur adalah jenis Shorea (daun meranti).

Hari terakhir mengikuti aktivitas peneliti (selasa, 22 maret 2016), sejatinya mengikuti untuk survei sarang bersama tim dari TNGP, tetapi saat itu mereka belum datang. Akhirnya saya (Rizal) mencari keberadaan orangutan di jalur MT, BC, AP, dan PR. Kami mencari keberadaan orangutan dari pukul 08.00 -14.30 wib. Dari tim OH dan KKL melakukan bersama. Mereka ada yang melakukan pheno dan sensus. Tim OH berjumpa dengan orangutan bernama lupus di jalur MT, tetapi tidak mengikuti orangutan tersebut.

 

Orangutan bernama Lupus sedang makan umbut rotan di sekitaran hutan Stasiun Penelitian Cabang Panti, TNGP. Foto dok. Rizal Alqadrie

Lebih lanjut, Rizal mengatakan, pada saat mengikuti aktivitas (rutinitas) peneliti di Stasiun Riset Cabang Panti, TNGP banyak hal menarik dan ilmu pengetahuan baru yang saya dapatkan. Seperti misalnya tentang penelitian, mengikuti orangutan dan pengetahuan tentang phenologi sebagai pengenalan dasar (awal) bagi saya. Dapat secara langsung ke Stasiun Riset Cabang Panti dan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).

Sarang orangutan yang mendiami hutan di Cabang Panti, TNGP. Foto dok. Rizal Alqadrie

Owa (Kelempiau) melompat di hutan di Stasiun Penelitian Cabang Panti (TNGP). Foto dok. Rizal Alqadrie

Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP) Cabang Panti berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) dengan luas 2100 ha. Sedangkan total luasan Kawasan Taman NasionalGunung Palung 90.000 hektar.

Kelasi sedang mengintip dipohon disekitaran hutan di Stasiun Penelitian Cabang Panti, TNGP. Foto dok. Rizal Alqadrie

Kawasan ini terletak di daerah Cabang Panti yang secara administrasi terletak di Dusun Tanjung Gunung, Desa Sejahtera, Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara. Secara geografis, SPCP terletak di 1Ëš13'S,1 10 7'E yaitu di kaki sebelah barat Gunung Palung (1.1 16 mdpl) dan Gunung Panti (1.050 mdpl).

 

Kodok hutan yang sedang memanjat pohon kecil di sekitaran hutan di Stasiun Penelitian Cabang Panti, TNGP. Foto dok. Rizal Alqadrie


Ular berwarna hijau yang ditemukan disekitaran hutanv di Cabang Panti, TNGP. Foto dok. Rizal Alqadrie

Luas lokasi penelitian sekitar 2100 hektar yang mencakup delapan tipe ekosistem yang dibedakan oleh elevasi, tanah dan drainase. Ke tujuh ekosistem tersebut adalah Hutan rawa gambut di ketinggian 5 -10 mdpl, Hutan rawa air tawar di ketinggian 5 - 10 mdpl, Hutan tanah alluvial di ketinggian 5 -50 mdpl), Hutan batu berpasir dataran rendah di ketinggian (20 - 200 mdpl), Hutan granit dataran rendah di ketinggian (200 - 400 m dpl), Hutan granit dataran tinggi di ketinggian (350 - 800 mdpl) dan Hutan Pegunungan di ketinggian 750-1 100 mdpl (Marshall, Andrew J, 2008) dan Hutan Kerangas yang paling sedikit luasannya yaitu 7,6 ha dari total luas Cabang Panti. 

Lengkapnya tipe ekosistem di SRCP memberikan kesempatan yang baik kepada peneliti untuk membandingkan berbagai perilaku, karakter, dan jenis pada setiap obyek yang diteliti. Stasiun Penelitian Cabang Panti, dapat ditempuh dalam waktu 7 hingga 8 jam perjalanan dengan berjalan kaki. Sedangkan jika menggunakan sampan bermesin bisa ditempuh dengan waktu 6-8 jam.

By : Petrus Kanisius 'Pit'-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun