Anggrek yang tumbuh itu. Foto dok. Petrus Kanisius 'Pit'.
Minggu lalu, kembali saya berjumpa dengan anggrek itu, ini kali kedua. Berharap secepatnya anggrek itu tumbuh dan berbunga, karena bunganya sudah hampir dipastikan cantik alias indah dan menarik jika dipandang mata. Perjumpaan ini untuk ke dua kalinya, lagi dan lagi saya berjumpa dengan ragam angrek di lokasi atau sekitaran hutan di Pusat Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung di Desa Pampang Harapan, Kayong Utara, Kalbar.
Anggrek-anggrek yang dijumpai itu terlihat menempel di batang pohon, ada empat anggrek berhasil dijumpai, mungkin juga ada yang tumbuh anggrek lainnya. Dari anggrek yang saya jumpai tersebut, sayangnya saya tidak mengetahui apakah gerangan namanya.
Anggrek ke dua yang tumbuh itu. Foto dok. Petrus Kanisius 'Pit'.
Bunga anggrek begitu dinanti karena keindahannya dari bunganya memiliki warna warni seperti kuning, putih dan ungu (mungkin juga ada warna lainnya), berharap anggrek-anggrek tersebut secepatnya berbunga. Keindahan dari warna-warni dan wangi bunga anggrek setidaknya menjadi obat penawar rindu akan keagungan Sang Pencipta tentang keragaman tumbuh-tumbuhan dan wangi bunga sebagai pengabar suka cita untuk tumbuh dan berkembang bersama sesamanya makhluk hidup lainnya.
Anggrek ke tiga yang tumbuh itu. Foto dok. Petrus Kanisius 'Pit'.
Tumbuhan yang dikenal menumpang (epifit) tersebut sejatinya banyak dijumpai dan tersebar di hutan-hutan Kalimantan. Kalimantan Barat yang merupakan salah satunya, karena dapat dikatakan sebagai surga habitat dari tumbuhan ini.
Tumbuhan ini sesungguhnya telah banyak dibudidayakan dan diperjualbelikan di pasar-pasar resmi anggrek. Akan tetapi kekhawatiran akan hilangnya anggrek di habitat aslinya menjadi sebuah tantangan baru saat ini.