[caption caption="Bekantan yg hidupnya di tepian sungai di daerah pematang gadung, Ketapang, Kalbar. Foto dok. Ahmad Rizal Qadrie, Yayasan Palung"][/caption]Tahun ini, pada kalender China bertepatan dengan tahun monyet api. Jika kita membahas tentang monyet pasti tidak lepas dari perilakunya yang nakal dan cerdas dalam setiap gerak dan tingkah lakunya yang acap kali membuat banyak orang geram karena perilaku monyet tak jarang mencuri atau merusak tanaman dan buah-buahan dari pertanian atau kebun masyarakat. Nah di tahun baru ini (pada kalender China), ada baiknya kita mengenal monyet dan bagaimana nasib mereka di habitat Hidupnya kini?
Tingkah polah yang lucu, sedikit nakal dan cerdas. Setidaknya itulah perilaku utama yang dimiliki oleh monyet. Monyet merupakan salah satu anggota primata yang memiliki ekor. Ada monyet ekor panjang dan monyet ekor pendek. Monyet juga identik dengan pemakan buah hutan dan terkadang hingga ke pemukiman, pertanian dan perladangan masyarakat.
Ternyata di Asia Tenggara, lebih Khusus Indonesia, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan beruk (Macaca memestrina) cukup banyak tersebar di beberapa daerah atau wilayah seperti di Pulau Kalimantan,  Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan beberapa tempat lainnya (hampir merata tersebar hampir tersebar di sejumlah pulau di Indonesia).  Sebaran dari monyet ekor panjang juga diperkirakan hampir tersebar di Seluruh Asia.
Populasi dan keberadaan monyet saat ini dapat dikatakan banyak karena perkembangan dan proses perkembangbiakannya cukup cepat. Binatang yang memiliki panjang tubuh kurang lebih 38-76 cm dan panjang ekor 61 cm serta berat badan bisa mencapai 6 kilogram tersebut memiliki masa kehamilan 5 bulan lebih atau (162 hari) dan rata-rata selang kelahiran 390 hari (sumber data; dari berbagai sumber). Makanan yang disukai oleh monyet adalah buah-buahan hutan, daun-daun muda, kepiting .
Monyet ekor panjang dan beruk (monyet ekor pendek), memiliki ekor kurang lebih 180 milimeter (mm), mereka (monyet) kerap kali dianggap sebagai hama karena sering kali merusak dan mengganggu tanaman para petani. Akan tetapi, peran dan fungsi dari monyet ekor panjang dan beruk ternyata cukup mulia. Mereka sebagai salah satu komponen yang cukup penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem karena sebagai penyebar biji-bijian dari kotoran yang mereka buang.
Selain itu ada Proboscis Monkey atau dalam istilah latinnya Nasalis Larvatus  atau isilah lokalnya di sebut Bekantan, karena hidungnya mancung disebut dengan monyet belanda. Bekantan habitat hidup mereka di tepian sungai. Mereka hidup secara berkelompok, hampir sama dengan monyet ekor panjang dan beruk. Bekantan habitat hidupnya hanya tersebar di wilayah Kalimantan.
[caption caption="Monyet Ekor Panjang saat makan & hujan menyapa. Foto dok. Tim Laman & Yayasan Palung."]
Sedangkan Conservation on International Trade in Endangered Spesies (CITES) memasukkan keduanya dalam appendix II (belum terancam punah) namun jika perdagangan, perburuan dan kerusakan hutan terus terjadi (hutan terus berkurang) bisa mengancam keberadaan dan keberlanjutan si monyet atau dengan kata lain, jika habitatnya terus hilang mereka pun terancam punah.
Tahun 2000, IUCN Red List menetapkan bekantan dalam status terancam punah (Endangered) dan dalam status CITES memasukkan bekantan dalam daftarx I (tidak boleh diperdagangkan).Tidak hanya itu, monyet lainnya ada juga Si Lutung Merah (Kelasi) dalam istilah latinnya disebut Presbytis Rubicunda.
Untuk status kelasi, memasukkan kelasi kedalam daftar lower Risk (LR)/Least Concern (LC)- resiko rendah. Akan tetapi kini, kebakaran hutan, pembukaan lahan skala besar sedikit banyak memberi ancaman baru dan keberadaan mereka diambang kepunahan. Si Lutung merah (kelasi) dapat dijumpai di hutan primer dan sekunder terutama di wilayah Kalimantan.
Keberadaan primata dalam hal ini monyet, keberadaan populasi mereka masih cukup banyak di habitat mereka di hutan Kalimantan, Sumatera dan beberap tempat lainnya. Namun keberadaan seperti bekantan dan kelasi saat ini populasi mereka semakin sedikit dikarenakan perburuan dan semakin sempitnya habitat mereka.
Bukan tidak mungkin kera ekor panjang, beruk, bekantan dan kelasi akan terncam punah jika semua orang tidak ikut memiliki kepedulian untuk melindungi mereka di habitat hidupnya, karena sama halnya dengan kita manusia, mereka (primata/satwa) juga sama perlu makan dan hidup di rumah mereka berupa hutan yang masih tersisa. Semoga saja.
By : Petrus Kanisius- Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H