Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ku Ingin Selalu Disapa dan Menyapa di Usia yang Semakin Renta Ini

21 Juli 2015   13:58 Diperbarui: 21 Juli 2015   14:16 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Keterangan foto : Sejauh mata memandang terlihat hamparan sawit mengalahkan pohon atau hutan.  dok. Petrus Kanisius


Tidak ada kata lain saat ku mengingat untuk saling menyapa segala bernyawa yang kini semakin tua dan renta.

Bertutur laksana bisu, berpekik terpantul oleh tembok-tembok tebal seolah tak bertuan.

Rias wajah dan rambutmu dulu hijau merona sebagi penyejuk segenap jiwa nafas segala bernyawa kini semakin rontok dan terus berguguran.

Tubuhmu sebagai penyeimbang, penopang dan pelindung semakin rapuh dan tidak lagi mampu berdiri kokoh seakan selalu gontai tumbang layu tak berbekas.

Kulitmu semakin mengelupas dan semakin bertelanjang dada, pakaianmu semakin sulit untuk dikenakan karena banyak yang sengaja menelanjangimu.

Kakimu sebagai alas dan cakar yang kuat untuk berdiri dan memberi kini tak sanggup menahan godaan, serbuan tuan-tuan pencari lembaran kertas dan harta tahta.

Keterangan Foto: Kayu segi, Illegal loging masih terjadi di Dusun Matan, tidak jauh dari perbatasan dengan tngp. dok. Petrus Kanisius

 

Di usiamu yang semakin renta, banyak orang yang ingin selalu menyapamu, merindumu dan menginginkanmu untuk selalu ada untuk semua.

Saat ini ku menyapa diusiamu yang semakin renta, semakin sulit untuk berdaya, berdiri kokoh, melindungi, menopang dan memberi manfaat tampa mengharapkan imbalan.

Masih adakah aku menemukanmu berdiri gagah dan kokoh disetiap waktu di waktu-waktu kedepan?.

Rambutmu yang dulu hijau berseri semakin botak dan ada berubah pola menjadi rambu bermodel dan bersisir rata tetapi bukan engkau lagi, engkau diganti dengan sesamamu.

Keterangan foto :  Pertambangan Bauksit yang ada di Matan Jaya yg semakin menghimpit. dok. Petrus Kanisius


Tubuhmu kini banyak merebahkannya dan tak berdaya, kering kerontang dan sering dibakar dan dipotong-potong.

Kulitmu yang mengelupas semakin terkelupas, lapuk dan membusuk terkadang diinjak-injak dan (di/ter)buang sia-sia.

Kakimu yang kuat sebagai alas dan cakar kian tak sanggup lagi menahan derasnya tangis hujan, tanah dan aliran luapan air.

Tak banyak harap; ku ingin selalu di sapa dan menyapa di usia yang semakin renta ini. Ku ingin meminta kepada semua bila berkenan untuk selalu bertegur sapa untuk merawat, menjaga, memberi makan dan menghargaiku selagi aku masih berdiri namun sudah semakin condong dan mungkin tak lama lagi aku akan rebah tak berdaya dan lapuk dimakan rayap atau kembali ke tanah.


Ku tidak lain dan tidak bukan adalah tubuh renta dari sisa dari milyaran, jutaan dan ribuan pohon yang selalu diburu dan selalu dicari namun sering ditinggali dan dipanggang serta dibuang diladang gersang.

By : Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun