Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cerita: Manusia dan Hutan Berebut Jadup

2 Desember 2014   21:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:13 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14157899651458273261

[caption id="attachment_353738" align="aligncenter" width="413" caption="Manusia berebut jadup dengan hutan. foto dok. Yayasan Palung."][/caption]

Manusia : Aku perlu hidup dan jatah hidup

Hutan : Anda Manusia Perlu Hidup... Aku Hutan Juga Butuh Nafas Hidup

Perebutan tentang hidup dan jatah hidup ini diperebutkan oleh dua sahabat antara manusia dan hutan di sebuah kampung (pedalamandi bumi Borneo/ Kalimantan).

Di sebuah kampung nan jauh di pelosok negeri tepatnya di bumi Borneo,ada dua sahabat yang tinggal bersama secara berdampingan. Mereka adalah Manusia dan Hutan. Mereka berdua hidup berdampingan sejak dulu, namun akhir-akhir ini mereka agak kurang akur. Kedua sahabat itu mulai tidak akur karena salah satunya mereka seiring berebut pendapat tentang nafas hidup dan jatah hidup (Jadup/ tempat mereka tinggal). Suatu ketika, keegoisan mereka (manusia dan hutan) sama-sama memuncak, sehingga tidak terasa hutan berkata kepada sahabatnya manusia dengan kata-kata keras dan bernada tinggi dan cukup pedas : “ Anda manusia perlu hidup, aku hutan juga butuh nafas hidup !!!....” kata-kata itu yangmenjadi awal mula perdebatan kedua sahabat tersebut.

Ternyata, perdebatan yang sengit tersebut terdengar di segenap penjuru belantara dan penjuru kampung. Perdebatan antara manusia dan hutan itu pun sontak menjadi perbincangan hangat nan menarik sehingga menjadi perdebatan semakin rumit saja tanpa mereda tampaknya, ujar salah satu burung enggang yang secara kebetulan tidak sengaja mendengar perebutan dan perbedaan pendapat antara manusia dan hutan itu. Ternyata perebutan pendapat tersebut juga didengar orangutan dan kelempiau.

Perdebatan yang berkepanjangan itu ternyata menjadi perdebatan kian panjang yang sepertinya tiada akhir. Kita sama-sama perlu hidup dan banyak mengatakan itu ujar beruang madu dan kucing hutan. Mereka semua, kita perlu hidup. mengapa mereka memperdebatkan hal ini?. Saya juga tidak mengerti kata beberapa ikan secara serentak.

Hari demi hari berlalu, namun ternyata antara manusia dan hutan tetap saja sulit untuk berdamai karena perdebatan mereka beberapa waktu lalu tentang hidup. Sesekali mereka tetap saja bertengkar hanya karena perebutan pendapat tentang hidup. Bahkan tidak jarang, sesekali pertengkaran itu kerap berujung pada terhimpitnya hutan akibat kalah saing. Benar saja, keluhan itu datang dari beberapa kawanan satwa tidak hanya hutan, tetapi beberapa dari makhluk lain pun sulit berdaya. Sungguh-sungguh sempit sekarang, wilayah kami tidak ada lagi, ujar burung dan beberapa ayam hutan saat mereka berbagi keluh kesah. Menurut burung dan ayam, mereka selalu setia menumpang di rumahnya hutan. Tetapi beberapa waktu ini, hutan sering menangiskarena mereka (hutan) kalah berebut jatah hidup dengan manusia. Sesekali hutan mencurahkan hatinya (curhat) kepada burung-burung dan satwa-satwa lainnya.Tidak lama kemudian, beberapa satwa dan makhluk hidup lainnya menyadari ternyata hutan sekarang mengalami masa-masa tidak menentu alias galau karena tidak sedikit diantara saudara/saudarinya ada banyak yang menjadi korban dalam silang sengketa saat berebut jatah hidup dengan manusia. Ketua suku dari hutan yang terdiri dari perangkat penting seperti pohon ulin, benuah, nyatoh dan tengkawang pun sejatinya telah berjuang untuk menang melawan mnusia. Namun apa daya, ternyata manusia sangat kuat kata pohon rengas. Bayangkan saja kata sejak tahun 1998- 2004, pohon bercerita, pohon-pohon di hutan selalu tersakiti dan terbunuh oleh manusia. Bahkan menurut data manusia, dari tahun ke tahun sebesar tujuh kali (7x) lapangan bola mereka membunuh hutan. Kekhawatiran itu menjadi sebuah ketakutan dari semua makhluk hidup termasuk burung-burung dan semua satwa yang semakin sempit dan semakin berdesak-desakan sembari berujar, jika ini terus dibiarkan maka sudah pasti tidak ada lagi rumah mereka tersisa berupa hutan yang menurut mereka sangat baik kepada mereka. Mereka (semua makhluk) menilai, hutan sangat baik bagi semua makhluk. Bahkan mereka mengatakan, hutan tanpa pamrih melindungi mereka dari sejak dulu kala.

Suatu kesempatan, burung enggang, orangutan, beruang madu, kucing hutan bertemu secara tidak sengaja di tepian sungai. Ternyata semua dari mereka sangat kehausan dan bermaksud mencari sumber air di sungai itu untuk obat pelepas dahaga. Setelah mereka minum, ternyata ada seekor ikan arwana muncul di permukaan sungai tersebut. Arwana pun menyapa kawanan burung enggang, orangutan, beruang madu dan kucing hutan dengan berkata; dari mana kalian semua tadi, sepertinya kalian sangat kehausan sekali. Lalu, orangutan menjawab; kami tadi keliling-keliling sekitar hutan, kami menyebutnya rimba raya sebagai rumah kami sekaligus juga mencari makan. Kemudian, ikan arwana memiliki inisiatif untuk mengumpulkan sekumpulan kawanan orangutan dkk tersebut untuk berembuk membahas silang pendapat antara manusia dan hutan.

Ternyata, beberapa makhluk hidup di tempat lain mengajak berembuk, berdiskusi dan mencari akar persoalan. Dari diskusi itu, terkumpulah beberapa poin diantaranya adalah :

Pertama, menurut orangutan dkk, mereka sangat butuh (perlu) hutan, tanpa hutan menurut orangutan dkk mereka tidak bisa hidup dan berkembang. Hidup menurut orangutan sama pentingnya, demikian juga hutan dan manusia. Akan tetapi, menurut mereka, manusia terlalu serakah dengan makhluk lainnya.

Kedua, kebanyakan manusia tidak bijaksana, menurut mereka; manusia banyak yang berpikiran sesaat tanpa melihat nasib-nasib semua makhluk untuk masa yang akan datang. Jatah hidup manusia semakin besar saja, sementara mereka (makhluk hidup) tempat mereka berdiam/rumah berupa hutan semakin berkurang. Bagi mereka, sejatinya jatah hidup berupa wilayah bisa berimbang bukan dominasi.

Ketiga, dari hasil diskusi itu orangutan ddk secara garis besar menyatakan manusialah yang kerap kali menciptakan bencana. Menurut mereka, jika hutan masih banyak, mungkin bencana banjir, longsor dll, bisa diatasi. Hutan menurut mereka adalah sumber nafas hidup bagi semua namun semakin tersakiti sehingga mereka (semua makhluk) sudah semakin terdesak dan hampir pasti sudah semakin tidak ada tempat.

Keempat, menurut mereka (makhluk hidup) semua manusia harusnya bisa bersikap adil dengan mereka. Bagi mereka, manusia jangan terlalu egois terhadap semua makhluk hidup. seperti dikatakan burung enggang, jika pohon serta buah tengkawang dan buah-buah lainnya semakin ditebang maka mereka sulit bertahan hidup, bahkan mereka tidak bisa bertahan hidup lagi. Hal senada diungkapkan juga oleh orangutan dkk lainnya.

Kelima, orangutan ddk berharap manusia memikirkan solusi, agar jangan lagi berebut jadup karena sesungguhnya manusia juga dalam bayang-bayang ancaman jika sahabat mereka hutan terus digarap atau dihabisi.

Ke-lima hal itu, menurut ikan arwana adalah paling tidak menjadi sebuah untaian pembahasan dari sebagian besar satwa akan kepedulian nasib mereka di masa akan datang. Lebih lanjut ikan arwana mengatakan, hutan dengan pohonnya bisa membuat sungai sebagai rumah mereka akan tetap ada. Dengan masih tetap adanya hutan berupa pohon, maka air di sungai tidak meluber ke pemukimaman manusia, jelas arwana. Lebih lanjut arwana berkata, para makhluk dibumi sudah sepatantasnya untuk saling menghargai satu dengan yang lainnya.

Perdebatan antara manusia dan hutan hingga kini masih terus terjadi. Ke-lima pembahasan solusi itu juga adalah bagian dari keprihatinan satwa terhadap manusia dan hutan yang selalu berebut jadup hingga saat ini. Mudah-mudahan manusia tidak berebut jadup lagi ujar kucing hutan dan ayam hutan senada.

By : Petrus Kanisius ‘Pit’- Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun