[caption id="attachment_358654" align="alignnone" width="619" caption="Hutan Rawa Gambut Lawang Darah, Ketapang, Kalbar. Foto dok. Yayasan Palung"][/caption]
Hari ini (9/12/2014), tak sengaja saya membuka data-data lama dari foto yang ada tersimpan dalam komputer, eh ternyata secara tidak sengaja pula menengok foto hutan sedang menangis. Lho kok hutan menangis dalam foto?.
Ya, terlihat jelas hutan sedang menangis dalam foto-foto tersebut, mungkin itu kata yang cocok untuk saya gambarkan dari foto-foto itu.
Hutan menangis dalam foto-foto tersebut bukan tampa alasan. Ratusan ataupun mungkin saja ribuan hingga jutaan batang pohon tumbang, rebah tidak berdaya di wilayah hutan rawa gambut Lawang Darah, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Tetapi mungkin juga, hutan menangis dalam foto terlihat juga di seluruh wilayah lain di Indonesia. Selain menangis, mungkin saja mereka ingin berteriak meminta bantuan bahkan secara kasat mata hutan tersebut tidur selamanya alias mati.
[caption id="attachment_358662" align="alignnone" width="637" caption="Hutan Rawa Gambut Lawang Darah, Ketapang, Kalbar. Foto dok. Yayasan Palung"]
Setidaknya dari tengok menengok (melihat) foto tersebut paling tidak mengingatkan akan peristiwa awal mula perluasan lahan yang mendera, merampas menghimpit dan menjepit hak hidup hutan. Tidak hanya hutan sebenarnya yang menangis, beberapa satwa ikut menangis dan terampas hak hidupnya dari tahun ke tahun, entah sampai kapan akan berakhir. Mungkin hanya Tuhan beserta staf-stafnya yang tahu.
[caption id="attachment_358658" align="aligncenter" width="194" caption="Orangutan ini sebenarnya menangis karena tempat hidup mereka berupa hutan semakin hilang."]
Selain itu, tangisan hutan dalam foto selalu mengingatkan saya dan mungkin juga kepada kita semua akan keberlanjutan nasib hidup mereka.
Mudah-mudahan saja, kita bisa menghibur hutan yang menangis itu dengan tindakan nyata dengan memberi mereka penghiburan dengan memperbanyak mereka dengan menanam dan merawat mereka. Selain itu juga semoga regulasi atau tata aturan benar-benar berjalan dan berpihak kepada hutan dengan harapan agar hutan tetap ada, terjaga dan tidak menangis lagi. Mengingat, bukan tidak mungkin apabila hutan terus menangis, manusia juga akan merasakan akibat dari tangis hutan dalam foto itu.
By : Petrus Kanisius ‘Pit’- Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H