Mohon tunggu...
Pirman AnackRimba
Pirman AnackRimba Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

bertanah air satu, tanah air indonesia berbangsa satu, bangsa indonesia berbahasa satu, bahasa indonesia berideologi satu, ideologi pancasila bersemangat satu, semangat kita bisa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dosa atau Tidak???

8 Oktober 2014   12:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:56 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini Lia sudah berumur  14 tahun, dan tepatnya duduk di kelas 2 (dua) Sekolah Menengah Pertama, Lia hanya tinggal bersama ibu dan neneknya yang sudah lanjut usia. kemana bapaknya???? Lia di tinggalkan bapaknya ketika berumur 1 (satu) tahun, karena bercerai dan bapaknya  meninggalkan Lia dan ibunya.

Setelah perceraian tersebut, ibunya Lia harus banting tulang menghidupi keluarga kecilnya. Dia mulai cari pekerjaan di kampung, misalnya nyuci piring, nyuci pakaian, nyetrika dan lain sebagainya, tetapi uang dari hasilnya kerjanya tersebut tidak bisa menutupi kebutuhan hidup sehari – hari. Dia pun harus memutar otak, karena Lia sudah besar dan harus bersekolah, otomatis harus nyari penghasilan yang lain untuk membiayai sekolah.

Kemudian dia minta tolong kepada seorang teman lamanya, untuk mencarikan pekerjaan yang gajihnya cukup besar untuk bisa menutupi kebutuhan hidup dan biaya sekolah. Kebetulan temannya itu adalah seorang PSK (Pekerja Seks Komersial) dan sudah lama menggeluti pekerjaan tersebut, kemudian di ajaklah ibunya Lia untuk ikut kerja bersamanya.

Pada awalnya, dia (ibunya lia) tidak mau mengikuti ajakan temannya tersebut, karena dia menganggap pekerjaan tersebut dosa dan menjijikan, bahkan hasilnya pun haram. Tetapi lama kelamaan, dia semakin tertekan dengan kebutuhan hidup yang semakin besar, bahkan kini dia punya hutang cukup besar kepada tetangganya.

Pikiran berdosa, menjijikan, haram dan lain sebagainya dia buang jauh-jauh, demi mendapatkan uang. Kemudian dia mengikuti jejak temannya, yaitu menjual dirinya kepada lelaki hidung belang. Setelah 3 (tiga) bulan, menggeluti pekerjaannya dia mulai merasakan hasilnya, kebutuhan hidupnya bisa tertutupi, bisa membiayai sekolah anaknya bahkan bisa menabung.

Lama-kelamaan Lia curiga dengan pekerjaan ibunya itu, “bu, sebenarnya ibu kerja apa??” tanya Lia

“ibu, ibu . . .kerja menjadi buruh rumah tangga” terpaksa ibunya menjawab bohong karena tidak ingin anaknya tahu tentang pekerjaan yang sebenarnya.

Ketika pulang dari sekolah, Lia masuk ke rumah sambil menangis. Ruanya dia sudah tahu pekerjaan ibunya dari teman-teman dan tetangganya. Ketika itulah ibunya berkata jujur tentang pekerjaannya “maafkan ibu nak, ibu melakukan hal tersebut karena terpaksa, ibu janji tidak akan melakukannya lagi dan akan bertaubat”. Tetapi karena Lia merasa di bohongi oleh ibunya dan malu terhadap teman-temannya, Dia tidak memaafkan ibunya. malah sebaliknya dia mengusir ibunya.

Dengan berat hati, ibunya pergi ke kota dan meninggalkan Lia bersama neneknya. Ia berjanji akan bertaubat dan mencari pekerjaan yang halal.

Tabungannya yang dulu, ia jadikan modal menyewa sebuah rumah, untuk di jadikan dia usaha. Sekarang ia berjualan soto, dengan mengandalkan modal dan kemampuan yang pas-pasan. Tetapi keuntungannya lumayan besar, ia bisa menghidupi kebutuhan hidupnya dan setiap bulan mengirim untuk Lia dan neneknya di kampung.

Tapi, Lia tidak mau menerima uang kiriman ibunya itu karena ia menganggap uang itu haram, untuk menghidupi dia dan neneknya Lia putus sekolah dan beralih menjadi tukang koran.

Pertanyaan untuk para pembaca, dosakah seorang anak jika tidak memaafkan kesalahan ibunya di masa lalu, padahal ibunya  sudah bertaubat kepada allah??

Kesulitan hidup bisa membuat manusia terjerumus ke dalam lembah syetan.

Tapi, yakinlah allah tidak akan menguji hambanya di luar kemampuannya.

*cerita ini di ambil dari kisah nyata, dengan perubahan nama tokoh

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun