Mohon tunggu...
Pirlo Luron
Pirlo Luron Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis Sampai Tuhan Panggil Pulang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Perjalanan Adalah Proses Hidup

16 Januari 2025   23:15 Diperbarui: 16 Januari 2025   23:15 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perjalanan kehidupanku bagaikan air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang paling rendah dengan mengikuti kehendak dan kemauannya. Segala sesuatu yang dilintasinya tidak akan pernah di sapa kembali.

 Perjalanan waktu terasa begitu cepat dan aku mulai sadar kalau waktu tidak bersamaku lagi ketika aku telah berada di tempat pengasingan sendirian yakni alam kubur. Kepergian waktu tidak ada yang bisa menghalangiku. Bahkan semua yang dilaluiku harus tunduk dan mengikuti apa yang terjadi terhadapku. Agar kehadiran waktu tidak sia-sia dan hidup penuh makna maka perlu merencanakan pemanfaatan dalam menghadapi perjalanan hidup.


"Waktu adalah apa yang aku sedang berada didalamnya". Berarti ketika aku berada di dunia ini, maka dunia itulah waktuku. Jika aku sedang bergembira, berarti bergembira itulah waktuku. Jika aku dalam keadaan sedih, berarti kesedihan itulah waktuku. Ketika aku berselisih dan bermusuhan maka berselisih dan bermusuhan itulah waktuku. Demikian seterusnya. Waktu merupakan sesuatu yang mengalahkan dan menguasai aku.


Bagiku Hidup adalah sebuah kompetisi, sebuah ungkapan umum yang diyakini beberapa di antara kita. Sebenarnya dulu saya tidak terlalu setuju dengan hal ini. Ketika kita menganggap hidup adalah kompetisi, kita cenderung ingin menjadi pemenang, kita selalu ingin menjadi yang terbaik. Saya dulu tidak setuju bahwa hidup adalah kompetisi karena kita tidak akan pernah tahu proses kehidupan seperti apa yang akan kita hadapi di masa mendatang. 

Kita bahkan tidak benar-benar tahu apa yang kita tuju dan perlombakan dalam hidup. Kalau kita kemudian bisa mencapai tujuan tertentu lebih dulu dari orang lain, lalu apa yang kita dapatkan selain kepuasan sementara karena sedikit lebih unggul dari orang lain.

Seiring berjalannya waktu saya melihat kewajaran mengapa beberapa orang melihat hidup sebagai sebuah kompetisi. Kita hidup di dunia tidak hanya sendirian, kita juga tidak bisa mengontrol bagaimana orang lain bersikap. Ada kecenderungan yang membuat kita melihat pencapaian atau hidup orang lain dan membuat kita merasa harus berlomba dalam hidup. Kita hidup tidak selamanya, dalam artian kita memiliki batasan waktu. Ketika setiap orang memiliki target dan rupanya ada orang lain yang hidup berdampingan dengan kita ternyata juga membidik target yang sama, hal ini yang membuat kita cenderung merasa sedang berkompetisi satu sama lain.


Menurut aku sebenarnya ini berawal dari membandingkan diri dengan orang lain. Jika kita tidak membandingkan diri dengan orang lain, tentu kita tidak akan berpikir bahwa hidup adalah perlombaan, tapi tidak mungkin kita sama sekali tidak pernah membandingkan diri dengan orang lain. Cara satu-satunya untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain adalah dengan rehat sejenak dan memahami bahwa manusia itu lahir, tumbuh, berkembang, hingga berpulang di tempat yang berbeda-beda. Masing-masing dari kita itu unik, dengan berhenti sejenak kita jadi bisa melihat banyak hal dengan lebih jelas.


Oke, anggaplah kita setuju bahwa hidup adalah perlombaan tapi ini bukan lomba lari jarak pendek. Hidup lebih seperti marathon yang kita tidak pernah tahu kapan akan selesai.  Ketika lari marathon kita harus menjaga bagaimana kita mengatur napas dan kecepatan dalam berlari.  Berhenti atau istirahat sejenak adalah sebuah strategi dalam marathon begitu juga hidup. Kita lihat apa saja yang sudah kita capai dan lalui hingga sekarang,  kemudian pengalaman itu kita syukuri dan jadikan bekal untuk memulai hari ini dan selanjutnya.


Siklus kehidupan manusia terdiri dari banyak hal mulai dari kita lahir, bertumbuh, kemudian kita bertemu dengan orang yang kita sayang, tapi kemudian orang tersebut tiba-tiba pergi dari hidup kita. Lalu setelahnya kita kembali bertemu dengan orang lagi, setelahnya kita menetap di sebuah rumah, membangun keluarga, sampai akhirnya kita berpulang. Itu bukan siklus yang bisa kita hindari. Topik ini kemudian kita angkat dalam seri "Daur Hidup" sebagai representasi manusia itu sendiri dari lahir hingga berpulang. Di tengahnya kita mendapatkan pelajaran dan makna yang sama indahnya. Esensi dari setiap episode pada dasarnya sederhana, misalnya pada pada episode Lahir, kita menceritakan bahwa ketika kita mengalami keterpurukan kadang kita menemukan harapan-harapan baru yang bisa kita temukan dan menciptakan kelahiran baru untuk diri kita sendiri.

Cerita yang menarik dengan temanya yang sangat sederhana tapi kita coba mengangkat dari sisi yang jarang dibahas. Seperti membahas mengenai pertemanan, kadang ada hal dari pertemanan yang membuat kita terpuruk atau mungkin orang terdekat kita punya isu kesehatan mental. Aku ingin mengajak teman-teman untuk melihat isu-isu kesehatan mental lebih dalam lagi bahwa mungkin ada orang terdekat kita atau bahkan diri kita sendiri butuh bantuan. Yang perlu dilakukan adalah menolong dengan memahami lebih dalam bahwa orang-orang di sekitar kita butuh bantuan. It's okay to seek help dan saling membantu satu sama lain. Kita berharap series ini menjadi pemantik diskusi, bahwa isu-isu kesehatan mental atau mungkin tabu seperti aborsi atau topik lainnya bisa dibahas di ruang publik. Agar orang bisa saling terbuka satu sama lain, sehingga kita bisa saling terhubung dengan meaning full connection.


Dunia itu kehidupan kini, di sini, berputar terus, baik buruk membaur, salah bisa jadi benar dan benar bisa jadi salah, lawan jadi teman dan teman bisa jadi lawan, segala macam cara bisa dibuat guna mencapai tujuan. Hampir semua orang merasa benar dalam segala tingkah lakunya dan sedikit yang merasa bersalah atau kurang, dan seterusnya. Itulah kehidupan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun