Mohon tunggu...
kaca piring
kaca piring Mohon Tunggu... -

kudus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Muria Musang Club, Animal Lover atau Abuser?

9 Agustus 2014   00:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:01 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


‘’Terimakasih club musang,mungkin tanpa kalian musang sudah punah” mungkin pujian seperti itu yang diharapkan oleh owner musang di kudus (atau barangkali di lain tempat atau bahkan semuanya) .


Saya sedikit ragu dengan tingkat kewarasan orang-orang di kelompok ini,orang yang memelihara hewan liar hanya untuk keren-kerenan atau chic magnet,terlebih dengan jargonnya yang cukup membuat saya mual “ musang selama ini dianggap hama dan sering diburu untuk dikonsumsi dagingnya, dengan menjadikan musang sebagai pets  berarti kita menyelamatkan dari perburuan”

Orang awam seperti saya mungkin tidak menemukan keganjilan di jargon tersebut, namun jika anda meneteskan sedikit logika danmelihat langsung bagaimana treat mereka terhadap musang,ada beberapa keganjilan yg mungkin akan anda lihat

1. Muria Musang Club bukan animal rescuer .

Definisi animal rescuer (menurut oxford dictionary) : Denoting or relating to a domestic animal that has been removed from a situation of abuse or neglect by a welfare organization. atau bisa diartikan organisasi yang mengangkat /menyelamatkan satwa domestik dari pelecehan ,penyiksaan dan perburuan. Sedangkan “Perburuan satwa” adalah kegiatan menangkap,mengambil,dan mengeksploitasi satwa dari habitatnya

Lalu apakah mereka bisa dikatakan sebagai animal rescuer? Muria Musang Club adalah sekelompok manusia yang bermaksud menjadikan musang yg notabene kita kenal sbg hewan liar sebagai pet. Secara teknis mereka sama saja dengan pemburu, dan tidak bisa menyelamatkan musang dari perburuan. Justru malah menambah daftar panjang perburuan hewan karena daya tarik musang sebagai pet. logikanya semakin banyak orang yang tertarik,semakin banyak musang yg diambil dari habitatnya. Bedanya Muria Musang Club memburu dan menjadikan musang sebagai mainan, bukan untuk dikonsumsi.

2. Muria Musang  Club Melangggar Hak Asasi Hewan (animal rights) dan kesejahteraan hewan (animal welfare)

Hak asasi hewan atau kebebasan hewan (animal liberalization) adalah suatu ide dimana hak-hak dasar hewan non-manusia harus mendapatkan perhatian yang sama dengan hak-hak dasar manusia. Meskipun pendekatan terhadap hak asasi hewan ini diposisikan berbeda secara filosofis, mulai dari pandangan sebagian orang yang menganggap hewan harus dilindungi (animal protection), sebagian orang yang menyatakan hewan bisa dimanfaatkan tapi tidak harus menderita terlebih dahulu, atau sebagian lagi yang menyatakan hewan tidak boleh diperlakukan sebagai benda atau properti. Meskipun ada berbagai pendekatan, tapi secara umum disepakati bahwa hewan harus dipandang sebagai non-manusia yang menjadi bagian dari komunitas moral, dan tidak boleh digunakan sebagai makanan, pakaian, subyek penelitian, atau untuk hiburan.

Kesejahteraan Hewan

Menurut definisi Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), kesejahteraan hewan adalah cara hewan menghadapi kondisi dimana dia hidup. Seekor hewan dinyatakan dalam status sejahtera apabila dia sehat, nyaman, bergizi baik, aman, dapat mengekspresikan perilaku bawaan, dan tidak menderita suatu keadaan yang tidak menyenangkan seperti rasa sakit, takut, dan tertekan.

Pada dasarnya terdapat hubungan yang kritis antara kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Secara internasional dikenal “lima kebebasan” (five freedoms) yang digunakan sebagai pedoman kesejahteraan hewan yaitu:
• bebas dari rasa lapar, haus dan malnutrisi;
• bebas dari rasa takut dan tertekan;
• bebas dari penderitaan fisik dan panas,
• bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit; dan
• bebas mengekspresikan perilaku normal

Terkait kegiatannya, Muria Musang Club sering membawa musang untu dipamerkan di tempat umum atau di tempat ramai, hal ini tentu saja membuat musang menjadi takut dan tertekan, karena habitat musang memang bukan di tempat ramai.

Sebagai ‘’Pecinta Musang” tentu (atau seharusnya) mereka tahu bahwa musang adalah hewan nocturnal. Musang beraktivitas di malam hari dan menggunakan waktu istirahatnya di siang hari. Tidak seharusnya orang yang mencintai musang membawa mereka untuk dipamerkan tanpa peduli waktu dan kondisi tempat. Saya dan tentunya banyak yg sudah tahu kalau Muria Musang club memamerkan pet mereka di pagi,siang,sore hari tanpa peduli waktu.

Menempatkan musang di kandang atau merantai juga menimbulkan penderitaan fisik dan panas. Hidup di alam tentu lebih baik daripada di kandang, menjadikannya pet justru membatasi mereka untuk mengekspresikan perilaku normal


“Apakah engkau ingin membunhnya dua kali? Kenapa tidak engkau tajamkan pisaumu menyembelihnya (Riwayat Imam ath-Thabari)”

3.  Musang Club Memperparah Perburuan dan Perdagangan Satwa Liar

Menjadikan Musang sebagai pet tentu merupakan daya tarik semua orang, siapa yg tidak tertarik dengan hewan lucu ini? Yang tertarik pasti banyak, yang peduli bisa dihitung dengan jari.

Bagaimana cara mendapatkan musang? Kalau bukan dari perburuan pasti dari breeding (pembiakan). Saya salut jika memang mereka membiakkkan musang lalu melepaskan ke alam, ini lebih bijak daripada membiakkan lalu digunakan sebagai mainan atau dijual.

Beberapa waktu lalu saya sempatkan untuk bejelajah di grup facebook mereka, banyak informasi yang saya dapat, salah satunya tentang Rumah Adopsi Musang. Program adopsi memang sedang digaungkan oleh para pecinta satwa yang bertujuan untuk menghentikan perdagangan satwa atau paling tidak mengurangi.

Saya lanjutkan penjelajahan saya ke Rumah Adopsi Musang, grup facebook ini cukup membuat saya jijik. Program adopsi yang seharusnya “suci” berubah menjadi lapak berjualan musang. How stupid they are! Seharusnya manusia ini tahu program adopsi itu tanpa dipungut biaya apapun,jika ada paling hanya sebagai ongkos pengganti vaksin. Tidak seharusnya satwa diperdagangkan selayaknya kacang.



Dari ketiga poin diatas sudah bisa disimpulkan Muria Musang Club bukanlah animal lover, atau lebih layak disebut sebagai pengeksploitasi satwa. Untuk mencintai satwa liar masih banyak hal yang harus mereka perhatikan, salah satunya terkait ijin kepemilikan satwa liat (dan saya ragu mereka memilikinya). Bagi saya mencintai satwa tidak harus memilikinya, mencintai satwa berarti rela melepaskan. [END]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun