Mohon tunggu...
Piramuda
Piramuda Mohon Tunggu... -

Content Creator, Publisher, Blogger, Pembaca Novel, Penikmat Berita Bisnis dan Politik.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Memahami dan Memaknai Novel Bumi Manusia Karya Besar Pram

27 Desember 2018   10:35 Diperbarui: 27 Desember 2018   18:05 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polemik pembuatan Film yang di adaptasi dari salah satu Tetralogi Pulau Buru "Bumi Manusia" karya terbesar dari salah satu Sastrawan dan Pejuang Kemanusian Pramoedya Ananta Toer. Film itu akan di peran kan oleh Iqbal Ramadhan aktor muda pemeran Dilan yang menghipnotis kaum milenial, serta di Sutradarai sineas Hanung Bramantyo

Banyak pengkaji dan pengagumnya berkeberatan jika karya besar itu di film kan maka akan mengurangi kebesaran nya. Sudah pasti film dengan durasi yang singkat, tidak akan mampu memotret secara keseluruhan isi novel secara utuh dan menggambarkan semua tokoh yang punya peran kuat di dalam cerita.

Generasi sekarang pastilah tidak terlalu familiar dengan karya karya seorang Pram (sapaan akrab Pramoedya Ananta Toer), di bandingkan karya karya novelis zaman sekarang seperti Tere Liya, Asma Nadia, Andre Hirata dan yang lain. Karya karya  Pram tentu memiliki bobot yang tinggi bagi tujuan tujuan kemanusian, nasionalisme dan kebebasan. Pram telah memotret berbagai situasi kebatinan zaman oleh praktik kolonialisme dan imprelisme menjelang akhir abad 19 dan awal abad 20 yang di lakukan oleh bangsa asing maupun bangsa sendiri.

Nah ada baiknya Generasi sekarang kembali membaca karya karya besar Pram untuk kembali mempertautkan sejarah kekinian dan masa lampu agar menemukan satu elan vital bagi kehidupan yang terus alfa bagi ke manusian.

Tetralogi Pulau Buru adalah karya 4 jilid, yang di  kisahkan Pram pada kawan kawannya semasa menjadi pesakitan tahanan politik (Pulau Buru). terdiri dari Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1981), Jejak Langkah (1985) dan Rumah Kaca (1988). Novel ini sempat di larang terbit rezim ber kuasa karna di stigmakan membawa alam fikir kiri.

"Bumi Manusia" bercerita tentang seorang anak priyayi pribumi jawa bernama Minke (nama samaran yang merujuk pada tokoh pers pertama Republik Raden Tirto Adhi Soerjo). yang mendapat pendidikan ala belanda di HBS. Berfikir ala belanda, bersikap dan bertingkah laku, berkawan dengan orang orang belanda, adat budaya standar belanda adalah sesuatu yang tinggi bagi Minke.

Minke kemudian oleh satu sebab, di perkenalkan pada seorang perempuan Cantik bernama Anellis Melemma di Wonokromo satu kota dekat surabaya, Annelies keturunan Seorang Pria Belanda Herman Mellema dan seorang Nyai Pribumi Jawa bernama Sanikem yang di kenal dengan Nyai Ontosoroh.

Dari sanalah cerita di mulai, tanpa di duga pertemuan pertama pada Annelies membuat Minke takjub dengan kecantikannya noni belanda itu, bukan hanya soal fisik semata kekagumannya tertuju, Annelies di bawah didikan Ibunya Nyai Ontosoroh memiliki berbagai kemampuan dalam mengelola perusahaan mulai dari manajemen, keuangan, administrasi dan leadership. Walaupun dalam keseharinnya Annelies adalah anak yang manja. satu kombinasi yang unik bagi seorang perempuan masa itu.

Hubungan itu menjadi rumit bagi Minke bahwa berhubungan dengan seorang  Nyai adalah satu perbuatan yang hina dalam masyarakat masa itu, Nyai adalah seorang gundik, gundik atau praktik pergundikan adalah hubungan suami istri menjadi satu keluarga tanpa ikatan perkawinan yang sah. dalam pandangan masyarakat seorang Nyai tidak beda dengan pelacur. Walaupun zaman itu praktik pergundikan merupakan kelumrahan bukan hanya bagi orang orang asing tapi juga buat para raja raja, aristokrat maupun bupati bupati di Hindia Belanda.

Suasana kebatinan itu lah yang meliputi Minke, Raden Mas Minke adalah anak seorang Bupati di kadipaten B, seorang murid H.B.S yang cemerlang. bagaimana mungkin aku bisa berhubungan dengan keluarga seorang Nyai, yang melahirkan anak hasil pergundikan. Pandangan minor demikian yang meliputi Minke sepanjang hari, sehingga kawan dekat nya Jean Marais mengatakan ; "Belajarlah berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan."  Katanya pada Minke.

Pertemuan pada satu hari itu di Wonokromo, berlanjut pada pertemuan pertemuan berikut nya yang lebih intim. Penerimaan yang hangat oleh Nyai Ontosoroh dan Annelies membuat Minke tak kuasa untuk menolak setiap tawaran untuk berkunjung lagi. Mungkin itulah hipnotis kekayaaan dan kecantikan. Keterpandangan dan kehormatan di peroleh Sang Nyai adalah karna kecerdasan dan kekayaanya dalam membangun bisnis perkebunan yang sudah di tinggalkan suaminya Herman Mellema. Sepanjang itu pula kebatinan Minke berkecamuk dalam minor dan mayor, antara kagum dan hina, antara ketinggian derajat yang di milikinya, antara ningrat jawa dan gundik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun