Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koruptor itu Sama Dengan Monyet

14 Januari 2025   07:42 Diperbarui: 14 Januari 2025   07:42 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Monyet (Sumber: Pixabay)


Menuangkan ide jadi sebuah tulisan terkait maraknya koruptor yang mendapat "ampunan" di Negara tercinta, tentu tidak ada salahnya. Meski saya bukan pakar atau pengamat politik ulung.

Menurut pendapat saya, seorang koruptor itu sama dengan seekor monyet. Tahukan monyet, binatang mamalia yang termasuk ordo primata. Monyet itu menghuni hutan, seharusnya koruptor domisilinya di hutan, bukan di kota dengan memperkaya diri dan koleganya..

Kemiripan koruptor dengan monyet, yakni suka mengambil yang bukan haknya. Licik dan cerdas mencari cara untuk mendapatkan yang dia inginkan. Hidup mereka berkelompok dan saling melindungi, menghibur masyarakatnya di balik "topeng" untuk menyembunyikan niat sebenarnya---niat jahat.

Koruptor itu sama dengan moyet. Pernyataan ini menggambarkan koruptor sebagai makhluk yang tidak bertanggung jawab dan mencari keuntungan pribadi dengan cara tidak sah. Monyet sering diasosiasikan dengan perilaku yang tidak terkontrol dan mencari makanan dengan cara yang tidak tepat.
Mereka sama-sama serakah. Koruptor, suka memakan dan mengumpulkan barang-barang branded, berbagai cara akan ditempuh asalkan mendapatkan yang dia inginkan.

Monyet, suka merebut makanan sesama monyet,  jika koruptor merampas milik orang lain di luar habitatnya. Selain tidak mau berbagi kebahagian, monyet dan koruptor sangat agresif ketika keselamatannya terancam. Apalagi yang terancam "harta"nya, ia akan menempuh segala cara untuk mempertahankannya.  

Korupsi memang merupakan masalah serius yang merugikan masyarakat dan negara. Budaya korup akan memunculkan dampak buruk bagi pemerintahan, yakni merugikan keuangan negara. Menimbulkan distorsi pasar dan persaingan tidak seimbang.

Korupsi juga menambah jumlah pengangguran dan kemiskinan, sehingga negara ini sering berpenyakit. Dampaknya tidak hanya pada ekonomi, juga berdampak sosial, di antaranya kehilangan kepercayaan masyarakat. Menimbulkan ketidakadilan dan diskriminasi dan penderitaan bagi mereka yang membutuhkan layanan publik.

Kolutif sangat mengganggu kestabilan politik di negara yang memelihara koruptor. Berpengaruh negatif pada demokrasi. Kehilangan otoritas pemerintah.

Mengatasi Korupsi dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Membangun sistem pengawasan yang efektif. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dan mengimplementasikan hukum yang tegas.

Untuk membasmi korupsi, tidak semudah membunuh tikus beserta sarangnya, memerlukan pendekatan komprehensif dan berkelanjutan. Dibutuhkan edukasi dan kampanye anti-korupsi untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Berupa membangun lembaga-lembaga yang independen dan efektif, seperti KPK, Polisi, dan Jaksa.

Menerapkan prinsip transparansi dalam pengelolaan keuangan negara dan korporasi. Membangun sistem pengawasan internal dan eksternal untuk mendeteksi korupsi. Mengintegrasikan pendidikan anti-korupsi dalam kurikulum sekolah. Pertanyaannya, apakah pembasmian koruptor di Indonesia sudah efektif dan menimbulkan efek jera?.

Mengambil tindakan tegas terhadap koruptor, termasuk penindakan hukum dan penyitaan aset. Membangun sistem birokrasi yang efisien dan transparan. Menggunakan teknologi untuk memantau dan mendeteksi korupsi. Mengembangkan kerja sama dengan negara lain untuk mengatasi korupsi transnasional. Menyediakan perlindungan bagi saksi dan pelapor korupsi. Celakanya, lembaga anti rasuah tersebut malah diduga terindikasi dalam pusaran rasuah itu sendiri.

Pemberantasan korupsi juga membutuhkan peran masyarakat, yakni melaporkan tindakan korupsi kepada lembaga berwenang. Kemudian mengikuti proses hukum dan mendukung penindakan terhadap koruptor. Mendukung kebijakan anti-korupsi dan mempromosikan transparansi. Mengedukasi masyarakat tentang bahaya korupsi dan pentingnya integritas.

Nah, pertanyaannya apakah peran serta masyarakat ini sepadan dengan hasil korupsi dari pada penjahat-penjahat berdasi yang berkuasa dan berpendidikan tinggi. Sementara rakyatnya masih banyak yang putus sekolah, biaya kuliah juga tak kalah pedas dan rakyat hidupnya sengsara dan menderita.

Faktor yang memengaruhi keserakahan, lantaran monyet membutuhkan makanan dan tenaga untuk bertahan hidup. Hidup di lingkungan yang kompetitif cenderung lebih serakah. Pengalaman kekurangan makanan, monyet bisa menjadi lebih serakah. Beberapa spesies monyet lebih cenderung serakah karena faktor genetik. Tidak ada salahnya menyamakan keserakahan seorang koruptor dengan seekor monyet hewan mamalia yang termasuk dalam ordo primata ini.


Haruskah koruptor disediakan makanan bergizi gratis agar tidak kemaruk atau dilatih untuk berbagi/sedekah seperti monyet agar hidupnya tidak dirasuki keserakahan.
Yang membedakan seorang koruptor dengan monyet adalah tidak memilki kemampuan memahami konsep hukum dan etika. Sedangkan seorang koruptor memiliki kemampuan memahami konsep hukum dan etika, tapi mengapa memilih berprilaku seperti monyet?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun