Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ziarah Makam dan Napak Tilas Haul ke-310 La Patau Matanna Tikka

14 September 2024   16:12 Diperbarui: 14 September 2024   16:22 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Napak Tilas (pribadi)


Perkumpulan Wija Raja La Patau Matanna Tikka (Perwira La Patau) kembali  akan melakukan serangkaian kegiatan Haul ke-310 Raja Bone ke-16 dan Datu Soppeng ke-19 La Patau Matanna Tikka pada tanggal 15 September 2024 di Nagauleng, Cenrana, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Menurut Koster acara ini, Andi Ahmad Saransi, Haul merupakan tradisi peringatan kematian seseorang yang diadakan setahun sekali dengan tujuan mendoakan ahli kubur agar semua amal ibadah yang dilakukannya diterima Allah sekaligus mengenang keteladanan semasa hidup dari tokoh yang diperingati tersebut.

Sebagaimana diketahui, La Patau Matanna Tikka mangkat pada tanggal 16 September 1714 adalah Raja Bone XVI yang juga sekaligus menjabat Datu Soppeng XVIII serta Ranreng Tuwa (Wajo) XVII menggantikan Arung Palakka.

Kepribadian yang melekat pada diri Puatta' La Patau memiliki kelayakan yang sangat kuat untuk diperingati dengan menggunakan terminologi 'haul'.

Selain sebagai raja, beliau juga tampil sebagai sosok yang menguatkan praktik syariat Islam dengan ketat di Sulawesi Selatan dan beliau pula yang memiliki jasa terbaik dalam mengintegrasikan genealogi antar bangsawan Bugis dan Makassar.

Koordinator Panpel Andi Pallawagau menambahkan bahwa acara akan dimulai dengan napak tilas mulai dari Makam kedua orang tua La.Patau yaitu La Pakokoe dan We Mappolo Bombang lalu ke kompleks Istana Cenrana dan Masjid Musysidul Awwam yang dibangun oleh La Patau, dan berakhir di kompleks makam Nagauleng dan ditutup dengan bergabung bersama masyarakat di masjid untuk memperingati maulid Nabi Muhamnad SAW dna Haul La Patau Matanna Tikka.

La Patau Matanna Tikka (lahir pada tanggal 03 November 1672 dan wafat pada tanggal 16 September 1714) adalah Mangkau (Raja) Bone XVI yang menjabat pada tahun 1696-1714. menggantikan Arung Palakka.

Gelaran nama panjang La Patau adalah La Patau Matanna Tikka, Sultan Adzimuddin Idris, Walinonoe To Tenribali Malae Sanrang, Matinroe ri Nagauleng.

La Patau juga adalah Raja (Datu) Soppeng XVIII dan Ranreng Tuwa (Wajo) XVII dan mewarisi Arung Ugi dan Arung Timurung serta Ranreng Tuwa dari ayahandanya La Pakokoe dan Arung Palakka dari ibundanya. Neneknya adalah Sitti Hadijah I Dasale Arung Pugi Paddanreng Tuwa XV, dan kakeknya adalah La Maddaremmeng Opunna PakokoE Arung Timurung Arung Palakka, Raja / Mangkau Bone XIII (1631-1644).

Selain sebagai Raja, La Patau juga tampil sebagai sosok yang menguatkan praktik syariat Islam yang ketat di Sulawesi Selatan dan beliau juga yang memiliki pemeran utama terbaik yang menjadi simpul dalam gerakan sompunglolo-Sempugi atau penyatuan genealogis antar bangsawan Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan pada abad ke-18. Nyaris semua tokoh atau elite di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat sekarang ini adalah keturunan (wija) dari La Patau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun