Terpenting adalah berterimakasih kepada tubuh kita sendiri, dari pada berterimakasih kepada orang lain, yang belum tentu menghargai kebaikan kita.
Namun demikian, berterimakasih kepada orang lain juga penting karena hubungan sosial dan dukungan dari orang lain memberikan makna dan kebahagiaan dalam hidup kita.
Keseimbangan antara keduanya---menghargai tubuh kita sendiri dan menghargai kontribusi serta dukungan dari orang lain---adalah kunci untuk kesejahteraan yang holistik. Apapun penilaian orang lain, jangan berhenti berbuat baik.
Ya sudahlah, mari kita saling memaafkan sesama manusia yang memang tempatnya khilaf dan dosa. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, semoga Allah SWT mengampuni segala perbuatan hambanya. Aamiin.
Dan apabila jaman sekarang ada manusia yang mengaku tidak pernah salah, mengaku paling jujur, paling tidak punya dosa, tidak punya rasa dendam dan egonya paling benar dari manusia lain. Maka sudah sepantasnya dipertanyakan kewarasannya.
Seperti kalimat bijak berikut ini, "Engkau tak akan mampu menyenangkan semua orang. Karena itu cukup bagimu memperbaiki hubunganmu dengan Allah, dan jangan terlalu peduli dengan penilaian manusia" {Imam Syafi'i}.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H