Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasangan yang Tak Dianggap, Nelangsa Rasanya

3 Februari 2024   16:11 Diperbarui: 3 Februari 2024   16:12 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melayat di Rumah duka Alm. Wahid Hasyim yang wafat pada 25 Januari 2024 karena sakit, menyusul istrinya, Keduanya meninggalkan 2 orang anak (Dokpri)

Menjadi pasangan yang tak dianggap, tentu sangat nelangsa rasanya. Sakit dibuatnya, pasalnya keberadaan kita hanya dianggap boneka manekin tak ubahnya properti yang bisa dipermainkan semaunya.

Salah satunya dipengaruhi perubahan zaman, termasuk perubahan etika berumah tangga, ditambah pesatnya perkembangan teknologi turut mengamini kebiasaan itu. Tak bisa dipungkiri pasangan kita baik istri maupun suami lebih eksis bersama telepon genggam dan update status di media sosial, dari perubahan peradaban tadi kebutuhan materi adalah sebuah keniscayaan.

Sepakat dikatakan, bahwa di tengah harmonisasi rumah tangga, selain benda-benda mati tadi, materi segala-galanya. Materi memang penting dalam kehidupan, tapi jangan lupakan bahwa kebahagiaan dan kedamaian juga tak ternilai harganya dalam sebuah rumah tangga. Jangan sampai terlalu fokus pada materi hingga mengabaikan hubungan dan hubungan emosional keluarga.

Memahami kebutuhan akan kestabilan finansial dalam sebuah hubungan adalah wajar, tapi sebenarnya keberlangsungan hubungan tak hanya bergantung pada faktor materi. Komunikasi yang baik, kepercayaan, dan kesetiaan juga memegang peranan penting dalam membangun hubungan yang kokoh.

Saya bisa memahami perasaan tersebut. Rasanya tidak dianggap saat pasangan lebih memprioritaskan aspek materi daripada hubungan itu sendiri. Mungkin penting untuk membicarakan nilai-nilai dan harapan bersama agar bisa mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungan. Komunikasi terbuka tentang apa yang membuat pasangan kita merasa diabaikan bisa membantu pasangan memahami perasaan berdua.

Merasa tidak dianggap bisa membuat pasangan kita merasa tidak dihargai, terabaikan, atau bahkan kesepian. Ini adalah perasaan yang bisa sangat menyakitkan dan mempengaruhi kebahagiaan emosional manusia.

Tak dapat dipungkiri, bahwa pasangan kita lebih mencintai benda mati, ketimbang pasangan yang masih hidup. Suka tidak suka benda mati seperti gawai mampu menghibur kegundahan hati dengan segala kontennya. Merubah perilaku pasangan kita (baik suami maupun istri) yang awalnya dikenal sebagai pasangan serasi penuh romantis, sontak berpaling menjadi pasangan paling dingin, beku, tidak ada kehidupan layaknya manusia, ibaratnya memilih pasangan hidup seperti boneka dan patung. Rasanya pasti sulit dan menyakitkan. Agar kehidupan kembali normal seperti sedia kala, pastinya tidak mudah, namun coba abaikan dulu benda-benda mati tadi, penting untuk terus menjalin komunikasi dengan pasangan tentang perasaan dan harapan keduanya dalam membina hubungan sebagai suami istri. Komunikasi terbuka bisa membantu memperbaiki hubungan dan memperkuat ikatan kekeluargaan, salah satu cara ampuh "memalingkan" pasangan yang tidak dianggap tadi.

Dalam mengobati pasangan yang tidak dianggap, penting membangun komunikasi yang rutin, mendukung satu sama lain, menghargai perbedaan, dengan "quality time" atau menghabiskan waktu berkualitas bersama sebagai pasangan yang lagi kasmaran. Lakukan kegiatan seperti makan malam bersama, liburan keluarga, dan berbicara secara terbuka tentang perasaan dan kebutuhan masing-masing, ini dapat membantu memperkuat ikatan kasih sayang agar tidak ada Selingan Indah Keluarga Utuh (Selingkuh) diantara kita.

Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang berselingkuh. Ini bisa termasuk masalah komunikasi yang "mati suri" dalam menjalin hubungan rumah tangga, ketidakpuasan emosional atau fisik, keinginan untuk mencari variasi atau kegembiraan baru, atau bahkan kesempatan yang muncul secara tidak terduga.

Salah satu ciri hubungan romantis dalam rumah tangga bisa mencakup komunikasi yang baik, saling pengertian dan dukungan, kepercayaan, kerjasama dalam mengatasi masalah, serta keintiman fisik dan emosional keduanya.

Agar bisa menikmati romantisme, penting untuk menciptakan suasana yang nyaman dan intim. Memang terdengar tabu, tapi mulailah dengan berbagi perhatian, kasih sayang, dan komunikasi yang jujur. Eksplorasi sentuhan-sentuhan lembut, menciptakan suasana romantis, musik yang menenangkan serta menyenangkan, atau pijatan ringan. Yang terpenting, luangkan waktu untuk saling mendengarkan dan merespons kebutuhan dan keinginan pasangan berbicara tentang kebutuhan dan keinginan masing-masing serta mencoba hal-hal baru dapat memperkaya hubungan intim. Juga penting untuk memperhatikan kesehatan fisik dan emosional masing-masing agar dapat menikmati momen secara maksimal. Menyiasati hubungan intim suami-isteri bisa melibatkan komunikasi terbuka, saling pengertian akan kekurangan dan kelebihan pasangan untuk eksplorasi bersama.

Untuk membangun hubungan rumah tangga yang harmonis, penting untuk memprioritaskan komunikasi terbuka dan jujur, saling mendukung dan menghormati satu sama lain, mengatasi konflik dengan cara yang sehat, berbagi tanggung jawab, dan menyediakan waktu untuk memperkuat ikatan emosional dan fisik. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan menghargai perbedaan juga merupakan kunci penting untuk menciptakan hubungan yang seimbang dan harmonis.

Hubungan romantis tentunya tidak sekedar merasa puas dan tidak puas. Benar, hubungan romantis melibatkan lebih dari sekadar kepuasan atau ketidakpuasan. Mereka juga melibatkan kepercayaan, komunikasi yang baik, dukungan, keintiman emosional, dan keterlibatan yang mendalam satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun