Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bermain Amburadul, Timnas Indonesia Babak Belur, Lupakan! Ayo Bangkit

4 Januari 2024   09:03 Diperbarui: 4 Januari 2024   09:13 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Bola.com


Peralihan tahun 2023 ke tahun 2024 memang dirasakan euforianya dimana-mana. Namun bagiku sama saja, karena harga-harga kebutuhan pokok masih juga mahal, terlebih menjelang puasa ramadhan dan lebaran idul fitri semua harga kebutuhan sandang, pangan dan papan tetap menguras dompet.

Peralihan tahun 2023 ke tahun 2024 memang dirasakan euforianya di dunia, termasuk indonesia. Namun bagi saya sama saja, soalnya kejahatan masih merajalela. Pembunuhan hingga pembantaian masih terdengar kengeriannya.

Bahkan, kabar banjir di tanah air masih membanjiri air mata. Serangan Zionist Israel ke Palestina memorak porandakan perdamaian dunia belum juga usai.

Serta memanasnya Debat Capres Cawapres 2024-2029, sampai tindakan kekerasan terhadap relawan pasangan capres-cawapres 2024-2029, mengawali pesta demokrasi Indonesia.

Tidak hanya itu, berita kebakaran pun andil membara menghias layar kaca. Disisi lain, hasil mengecewakan pendukung tanah air diperoleh Tim Nasional sepakbola Indonesia. Betapa tidak, kekalahan telak 0-4 atas Libya menjadi kado pahit di tahun 2024. Meski bertajuk pertandingan persahabatan di Stadion Titanic Mardan, Aksu, Turkiye, pada Selasa (2/1/2024) kemarin, hasil akhir memang bukan prioritas, tapi yang penting sebuah tim bisa bermain secara benar dan taktis agar bisa membangun chemistry sesama pemain, dan kalau tidak bisa menang, minimal seri dan kalau kalah ya, jangan kalah telak lah.

Terus terang akan menjadi masalah dalam tim, kalau tidak bisa bermain dengan benar dan kalahnya telak pula. Karena kemungkinan berdampak pada psikologis para pemain dan ternyata yang terjadi pada pertandingan persabatan Indonesia versus Libya. Timnas Indonesia kurang bisa menyatu diatas lapangan, amburadul banyak melakukan kesalahan diarea pertahanan sendiri. Hal tersebut melahirkan kekalahan telak 0-4 atas Libya.

Jujur saja sebagai pendukung agak kecewa, selain itu taktik tidak berjalan seperti yang diterapkan STY, yang sampai tahun ini masih dipercaya mengasuh timnas sepakbola Indonesia. Bola itu memang bundar, namun kekalahan telak itu tidak menyenangkan para pendukung setianya.

Sekali lagi dijelaskan, memang pertandingan tersebut hanya pertandingan uji coba, tapi jangan lupa bahwa pertandingan uji coba timnas ini dalam rangka persiapan berlaga di Piala Asia yang akan berlangsung di Qatar. Artinya pemain harus bermain secara serius sesuai taktik yang diberikan pelatih STY, meskipun kelelahan dan cidera menghinggapi, para pemain harus bermain secara benar dan serius.

Memang pelatih banyak melakukan eksperimen dengan merotasi beberapa pemain. Kami sebagai pendukung melihat ada beberapa kesalahan yang dilakukan timnas indonesia, faktanya memang para pemain tidak mengandalkan taktik, kecuali pelaihnya mengarahkan seperti demikian tentu beda cerita.

Jelas terlihat berbeda dengan Libya, mereka bermain mengandalkan taktik. Bahkan pemain-pemain indonesia terbilang senior dan profesional tidak mampu keluar dari tekanan pemain Libya. Kami juga sedih akan hasil minor ini, padahal timnas indonesia sudah jauh-jauh training center ke negeri orang, meninggalkan sanak saudara serta orang-orang tersaya, namun hasilnya tidak menyenangkan.

Bagi pelatih, hasil itu buat menilai pemainnya sudah sejauh mana progres pemain diatas lapangan untuk menjalankan taktik dari pelatih.

Sulitnya, kita di Indonesia ketika kita mengkritik permainan timnas Indonesia atau mengkritik pelatih, banyak yang akan marah, bahkan dikiranya si jago bermain sepakbola, dan memang faktanya harus ada orang yang kritis. Kritis bukan berarti membenci, apatis, bukan juga berdasarkan suka atau tidak suka, bukan itu tujuannya memberi kritik selain optimis melihat juga membangkitkan kejayaan sepakbola Indonesa.

Kami mengapresiasi jerih payah pemain dan pelatih STY, setelah melihat hasil  melawan Libya saya kecewa dan sedih. Namun demikian saya tetap mendukung perjuangan Timnas Sepakbola Indonesia bertanding dikancah Asia bahkan Dunia.

Ketika melihat hasil pertandingan uji coba saja bermainnya tegang, demam panggung, banyak melakukan kesalahan hasilnya dilibas Libya. Apalagi nanti bermain resmi, penonton memenuhi stadion tentu akan beda suasananya, ada faktor mental juga disana.

Kesulitan timnas Indonesia adalah bermain kolektif, karena tidak ada pola dan taktik permainan yang diberikan pelatih. Indonesia main tidak taktis, sementara Libya bermain dengan pola yang pas antar pemain untuk memenangkan pertandingan, meski menag Libya nggak dapat poin karena bukan pertandingan FIFA. Kekalahan ini bukan masalah FIFA matchday atau bukan FIFA matcday. Tapi pertandingan selanjutnya FIFA matchday. Persoalannya ini adalah pertandingan uji coba agar pemain dari Tim Nasional Indonesia bisa siap di laga Piala Asia, selanjutnya pelatih
Shin Tae-yong (STY) juga bisa mengevaluasi pemainnya dan dilaga kedua melawan Libya, timnas Garuda Indonesia bisa bermain taktis, karena tanpa taktik jangan mimpi Timnas akan mendapat satu poin pun di Piala Asia, jangan hanya berharap dari faktor keberuntungan. Kenapa dalam uji coba, Jepang membantai Thailand 5-0, karena mereka serius dan bermain taktis dalam rangka persiapan Piala Asia, jadi mau lawannya lemah, mau lawannya kuat Jepang tetap serius, kalau bisa menang kenapa nggak dilakukan.

Pertandingan uji coba itu juga penting bagi pelatih termasuk Shin Tae-yong (STY), pria kelahiran 11 Mei 1970 ini, jika saja pemain Indonesia bermain secara terstruktur, andaipun kalah, kalahnya tidak kalah telak dan seharusnya banyak menciptakan lebih banyak peluang, karena dalam sepakbola kalau mau menang, harus banyak menciptakan peluang dan memanfaatkan sejumlah peluang untuk mencetak gol dan meraih kemenangan disetiap pertandingan.
 
Oke, Indonesia memang kalah telak 0-4
dari Libya melalui Ahmed Ekrawa (25') Omar Alkhoja (54'), Nouradin Elgelaib (89'), dan Alaa Alqijdar (90+1')
pada uji coba pertama. Diharapkan di laga kedua Indonesia bisa bangkit, ndak bisa menang tidak masalah, seri pun nggak masalah, kalaupun kalah ndak masalah, tapi jangan kalah telak. Kalau kalah telak lagi tentu berdampak psikologis kepada para pemain. Ayo bermain penuh semangat juang dan bangkit dipertandingan berikutnya.

Salam sepak bola, tidak ada pukulan, tidak ada politik, murni hanya olahraga sepak bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun