Mengapa Tahura Murhum sekarang menjadi Tahura Nipa-Nipa. Perubahan tersebut terjadi pada pembahasan Rapat Rancangan Peraturan Daerah tentang pengelolaan Tahura Murhum. Melalui pembahasan Raperda tersebutlah pada waktu itu terjadilah kesepakatan bersama untuk mengganti nama Tahura Murhum menjadi Tahura Nipa-Nipa yang sebenarnya adalah sebuah nama tumbuhan. Nama Nipa-Nipa tersebut usulan serta saran dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Sulawesi Tenggara untuk mengembalikan nama asal yaitu Kelompok Gunung Hutan Nipa-Nipa.
Sejak tanggal 31 Maret 2007 nama Tahura Murhum menjadi Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa Propinsi Sulawesi Tenggara, tertuang dalam Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 tahun 2007 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa.
Nah, itulah tadi sekilas oleh-oleh saya menyusuri tapal batas Tahura Nipa-Nipa. Sejarahnya nama Taman Hutan Raya Murhum menjadi Tahura Nipa-Nipa.
Bunga Senduduk atau Harendong
Ditengah penyusuran tapal batas Kawasan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa  Propinsi Sulawesi Tenggara, yang sekarang ini isu kawasannya lagi seksi sekali diperdebatkan. Tanpa sengaja saya menginjak sebuah tanaman perdu, dalam posisi menyedihkan tertimbun tanah gusuran pembukaan lahan buat tanah kapling yang beririsan tipis dengan kawasan Tahura Nipa-Nipa, sayapun segera mengabadikannya melalui jepretan kamera gawai sebagai koleksi pribadi.
Usut punya usut, penasaran pun tiba, akhirnya saya coba screening mbah google tanaman perdu yang mirip bunga anggrek tersebut, dan menemukan nama senduduk, Melastoma malabathricum. Orang Sunda meyebutnya harendong, di Jawa namanya kluruk atau senggani, dan di Sumatera dikenal senduduk. Senduduk Harendong (Melastoma malabtricum L) merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh liar pada tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup. Jenis tumbuhan ini dapat ditemukan hampir di seluruh Indonesia mulai dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.650 meter di atas permukaan laut pada tempat-tempat terbuka, pinggir hutan, lereng gunung, semak belukar, dan sebagainya.
Senduduk Melastoma malabathricum merupakan tumbuhan liar yang bunganya bermahkota ungu. Orang Sunda meyebutnya harendong, di Jawa namanya kluruk atau senggani, dan di Sumatera dikenal senduduk.
Tanaman khas perkampungan ini memiliki khasiat sebagai obat luka. Juga, digunakan sebagai obat sakit gigi, penyembuhan dan penguatan rahim bagi wanita yang baru melahirkan dengan meminum air rebusan akarnya, hingga obat pendarahan rahim.
Sejumlah masyarakat di Indonesia sejak lama menggunakan senduduk sebagai bahan sayuran dan obat-obatan tradisional untuk penyembuhan luka karena memiliki aktivitas antibakteri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H