Dunia pendidikan kembali tercoreng moreng. Gegaranya adalah seorang guru menggunting rambut seorang murid SD. Tak terima rambut anaknya digunting, orangtua murid tadi menggunting paksa rambut guru.
Pasalnya dalam unggahan itu menuliskan, seorang guru bernama Ulan Hadji (27) yang mengajar di SD Negeri 13 Paguyaman tidak bisa berbuat banyak setelah orangtua salah satu siswanya menggunting paksa rambut di kepalanya.
Diduga kejadian ini merupakan kekejaman intelektual sang bapak karena tidak menerima anaknya digunting rambutnya untuk ditertibkan, karena gurunya menilai sekolah berambut panjang itu tidak rapih. Peristiwa ini berlangsung pada Senin (9/1/2023).
Akibatnya orangtua siswa ini menggunting rambut Pak Guru Ulan Hadji dibagian atas sampai botak, hingga terlihat jelas kulit kepalanya.
Karuan saja, unggahan di instagramnya kompascom tersebut dibanjiri komentar  para netizen yang maha benar itu.
Sebut saja pemilik akun octa.rinny. Dia menuliskan alangkah bahagianya guru-guru jaman dulu yah n kita juga happy diajar mereka.
Malah kita yang takut ngadu, soalnya di tambahin lagi di rumah kalau ngadu. Anak ku juga dulu kalau ngadu aku
dengerin dulu n gak mungkin gurunya marah kalau anak ku gak ada salah juga.
Hal serupa ditegaskan tanuuw789, melalui unggahannya akun ini menuturkan, Ortu Pe'a saya alami pengajaran jaman
dulu super ketat, tp ortu sy happy aja, saya tetap menghormati dan menghargai guru
janfrido_siahaan 11 jam menegaskan agar Kadisdik daerah dan Kepala Sekolah harap tindak tegas orangtua seperti itu.
Lanjutnya, Anak tsb dikeluarkan dr sekolah dan sekolah-2 lain di daerah tsb jgn mau terima anak tsb, spy ortunya terpaksa sekolahkan anak tsb di luar daerah domisilinya. Biar nyaho..selorohnya geram.
Ariwibowo_official memiliki pandangan bijak, dalam peristiwa ini dia menuliskan bahwa, dua2nya salah. Gurunya pun salah pake potong rambut anak orang segala.
Banyak cara utk mendisiplinkan murid, tapi ngga main fisik. Di negara lain, itu guru pasti sudah dipecat. Orangtua ini pun salah membalas secara paksa terhadap guru tsb. Mau komplain ya menghadap ke kepala sekolahnya. Tapi yah susah kalau cara penyelesaiannya sudah campur emosi. Kasian gurunya sih, rambut bisa tumbuh lagi, tapi martabatnya diantara murid sekolah tsb pasti sudah lenyap.
Sephaprod turut menimpali aksi tersebut, Orangtua kadang berlebihan dalam membela anaknya, terbawa emosi tanpa menyadari jika sekolah punya standar aturan yg berbeda dengan dirumah.
"Beginilah susahnya profesi guru maksud baik mendidik disiplin tidak didukung orangtua murid. So kapan pendidikan di tanah air akan maju kalau ada intervensi orangtua. Tetap semangat pak guru kami mendukung mu," tandas sephaprod.
Penyesalan juga diungkapkan hendri_hendri_juga, Â Knp harus rambut yg jdi permasalahannya. menurut saya sdh tdk hrs berpatokan lg sama rambut yg panjang, boleh pnajang asal rapih, tp yg terpenting kualitas dr isi di kepala yg dipenuhi banyak rambut, ini yg hrs di periksa apakah nak tsb memiliki kualitas otak yg baik atau blm? Bknnya rambut, rambut yg jd permsalahan setiap x nanti ribut di medsos guru dgn siswa, guru dgn ortu murid, dinegara maju rambut bahkan baju pun tidak jadi masalah .kNjp disini jdi msalah trus
Ngerameng8282 menyebut Kalo anak masih SD gak boleh digituin, krn akan merusak mental si anak, kecuali sudah SMP ataupun SMA. Krn kalo masih SD, trkadang ortu belum sempat utk membawa anaknya ke barbershop utk
potong rambut. Bijaklah dlm mendidik.
Dwihan.gendisiban menambahkan bahwa Akhlak anak cerminan dari akhlak ortunya, tdk akan terjadi jika anaknya nurut dan mengikuti perintah gurunya,vdan sya yakin anaknya ud dpt teguran 3x ga dilaksanakan makanya gurunya memberikan perhatian dengan diptg rambut, ortunya perlu dibina akhlaknya, mana PGRI kok ga ada perlindungan ke guru, jgn diam aj. Inilah klau pemahaman ttg HAM disalah artikan, generasi muda sekarang jdi korban akhlak yg rendah dititik batas minimum.
Veronika_mizika, mending anak dan ortunya diingatkan dulu spy rambutnya dipotong biar rapi jgn main potong sndri, jaman skrg org kan menerimanya berbeda2 drpd dipermalukan begitu tuluslah spt merpati dan cerdiklah spt ular, sy juga ga suka kok guru asal main potong rambut mrd krn kesannya sepele tp hukuman yg bikin malu murid efeknya tdk selalu sama bisa si anak cuek aja hahahehe bisa jd marah benci dlsb, mendidik tdk semudah mengajar.
Goey2577 mengisahkan, Dulu aku kalau ngadu di pukul ama guru malahan di hajar lagi ama mama atau papa n nenek krn katanya malu2xin keluarga, jaman now anak2x susah didik.
"Terpujilah wahai engkau, ibu bapak guru," sindir akun skripsiku12.
Dan, masih banyak lagi ungkapan netizen yang nggak ketulis semua dikanvas digital ini.
Peristiwa diatas boleh dikatakan sebagai kekejaman intelektual seorang guru, pun demikian dengan perbuatan orang tua terhadap tenaga pendidik.
Menilik kamus besar bahasa indonesia berbasis website bahwa kekejaman itu merujuk perihal perbuatan, sifat yang kejam, kebengisan.
Sementara intelektual memiliki pikiran, kecerdasan tinggi  terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman.
Kekerasan intelektual yang menimpa murid dan guru ini dapat menimpa siapa pun, dimana pun dan kapan pun. Sebab indikatornya adalah setiap individu atau golongan yang memaksakan ide, gagasan, konsep, teori atau pandangannya kepada orang lain.
Kekejaman intelektual seringkali terjadi tanpa kita sadari bahkan kita lakukan setiap hari. Termasuk dalam lingkaran dunia pendidikan di Indonesia.
Contoh kasus yang menimpa guru Ulan Hadji (27) yang mengajar di SD Negeri 13 Paguyaman.
Mirisnya, guru yang berniat mendidik tersebut mendapat perlakuan tak sedap yakni rambutnya dibotakin oleh orang tua murid.
Kekejaman intelektual ini dilandasi balas dendam dengan alasan tidak menerima anaknya yang dipotong rambutnya. Â Padahal pihak sekolah memiliki tata tertib yang harus dipatuhi setiap murid yang mengenyam pendidikan di sekolah itu. Salah satu tata tertibnya rambut harus pendek dan rapih.Â
Meski terdengar "kejam" niat guru memotong rambut muridnya untuk mengajarkan aturan berlaku di SD Negeri 13 Paguyaman, tetap saja bagi hukuman itu bagi bocil sangatlah keterlaluan. Kan masih ada cara lain yang lebih mendidik .Â
Nah, cara "mendidik" guru terhadap murid itulah kekejaman intelektual dari orang tua murid berasal.Â
Apakah ini yang disebut"Guru Kencing berdiri, murid kencing berlari".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H