Hingga akhirnya Dubois sampai di lekukan Sungai Bengawan Solo Trinil, Ngawi Jawa Timur.
Nama Trinil meliputi tiga desa yang menjadi obyek penelitian Dubois, yaitu Desa Kawu, Ngancar dan Gemarang yang hingga sekarang masih banyak ditemukan berbagai jenis fosil dikawasan sungai pada saat musim kemarau.
Pada bulan September 1891 ditemukan gigi geligi primata purba, sekitar satu meter dari temuan tersebut muncul temuan batu warna coklat kehitaman sebuah atap tengkorak manusia!"
Gigi dan atap tengkorak ini berasal dari manusia yang menyerupal kera.
Tahun 1892 sekitar 15 meter dari temuan atap tengkorak, ditemukan pula sebuah tulang paha kirl yang menunjukkan tingkat fosilisasi sempurna, yangbsama dengan temuan atap tengkoraknya, meskipun
mirip dengan tulang paha manusia moderen.
Hampir sempurna penemuan itu; gigi geligi yang primitif, sebuah atap tengkorak yang mempunyal volume otak sekitar 900 cc yang terletak antara volume otak kera (600 cc) dan volume otak manusia modern (1200-1400 cc) tengkoraknya sangat kecil tapi milik mahkluk masuk dalam genus Homo (manusia) yang diimplikasikan sebagai bagian dari Homo erectus, dan sebuah tulang paha kiri yang memberi kesan pemiliknya telah berjalan tegak.
Temuan tersebut oleh Dubois diberi nama Pithecanthropus erectus (manusia kera berdiri tegak). Hingga saat ini nama yang diberikan Dubols masih tetap dipertahankan, sejauh dipakai dalam konteks histories dan geografis, Pithecanthropus erectus adalah Homo erectus dari Jawa. Kemudlan ditemukan Pithecanthropus lain di berbagal bagian dunia. Mauer (Jerman) dan Zhaukoudlan (China).
Fosil ini dimasukkan dalam genus Homo Erectus, yang mulal muncul ke dunia pertama kall pada periode 1,8 juta tahun yang lalu di Afrika dan menyebar ke seluruh permukaan dunia hingga mencapal Pulau Jawa, dan punah sekitar 100.000
tahun silam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H