Kehadiran Teman Bus Mamminasata sebagai moda transportasi umum yang manusiawi, membuat warga Makassar antusias menyambut kehadirannya.
Dikatakan demikian lantaran ditengah kesemrawutan lalu lintas di kota Daeng ini membuat keamanan dan kenyamanan bertransportasi umum kian melorot. Setelah pekan lalu saya naik Teman Bus Mamminasata. Kembali saya menemani istri mengobati rasa penasaran naik teman bus. Dibawah guyuran hujan kami bersama calon penumpang lain, bukan hanya orang tua, anak-anak pun antusias  menunggu di halte Citra Sudiang untuk mencoba menikmati kenyamanan kabin Teman Bus Mamminasata.
Lacur, bukannya kebahagiaan didapat justru kecewaan yang dihadapi. Pasalnya baru satu minggu lalu saya naik Bus Mamminasata ini, eh..Minggu 5 Desember 2021 ini mendapat penolakan dari sopir pete-pete, yang merasa lahan kehidupannya terancam, padahal bukan itu tujuan pemerintah memfasilitasi transportasi umum yang aman, nyaman, moderen dan manusiawi ini.
Gara-gara didemo para sopir pete-pete tidak berani ambil penumpang yang berbasah-basah nunggu di halte, akibatnya kami harus pontang-panting mencari Teman Bus, yang mau mengambil penumpang. Kalau harus dari Bandara Hasanuddin terlalu jauh, padahal ada halte terdekat.
Sayangnya, halte terdekat dikuasai oleh pete-pete yang sengaja ngetem disitu, agar Bus Mamminasata tidak berani ambil penumpang. Berkaca dari BRT yang pernah mengalami nasib berdarah atas penolakan keberadaan BRT di Makassar. miris!.
Sopir pete-pete yang berunjuk rasa itu merasa penumpangnya berkurang, hal ini memicu protes yang menyebabkan rute Bus Mamminasata koridor 2 mengalami perubahan.
Rute Bus Trans Mamminasata yang diluncurkan Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Republik Indonesia di Makassar itu mendapat penolakan sopir pete-pete. Karuan saja perubahan jadwal tersebut membingungkan masyarakat yang akan merasakan sensasi berbeda dari pada naik pete-pete.
Unjuk rasa para sopir pete-pete menolak uji coba rute bus Trans Mamminasata yang yakni Jalan Perintis Kemerdekaan, Bandara Internasional Hasanuddin, ke arah Kota.
Parahnya lagi, dampak dari aksi unjuk rasa sopir pete-pete, mengakibatkan warga yang kepingin menjajal moda transportasi umum yang aman, nyaman, berbasis teknologi ini terlantar, boleh jadi Bus ini bakal hilang dari peredaran. Bahkan banyak warga Makassar yang akan merasakan sensasi Teman Bus harus menelan pil pahit, alias kecewa. Nasib Teman Bus di kota Makassar, sepertinya bakal mengikuti jejak pendahulunya, yakni BRT. Kalau begini terus kapan majunya negeri ini?