Satu hari selanjutnya, imbuh Ustad Herry pada 9 Dulhijjah atau Senin, 19 Juli 2021 kemarin dilaksanakan puasa arafah, dimana yang melaksanakan puasa Arafah Allah akan memberikan spesial diampuni dosanya selama 2 tahun, 1 tahun yang lalu dan 1 tahun yang akan datang.
"Disitulah Nabi Ibrahim AS yakin diberikan mimpi sebanyak 3 kali, maka inilah yang menjadi salah satu rukun haji yakni wukuf di arafah, karena Nabi Ibrahim memastikan bahwasannya mimpi itu benar-benar dari Allah pada saat ia berada di Padang Arafah," imbuhnya.
"Makanya kalau orang sudah mendapatkan nikmat, tidak solat tidak bersyukur namanya. Dan namanya ibadah mesti berqurban, diantaranya korban waktu, dan korban tenaga," sebut ustad Herry.
"Setan itu musuh manusia yang nyata makanya kita melempar jumrah. Tapi sayang seribu sayang masih banyak orang-orang pulang ibadah haji dan pulang melaksanakan umrah sudah lontar jumrah, tapi sifatnya masih sifat setan. Mulutnya masih mulut setan, kelakuannya masih kelakuan seperti setan," tandasnya.
"Akhirnya setelah dikonfirmasi, tibalah saatnya 10 Dzulhijah, tepatnya Selasa, 20 Juli 2021 dieksekusilah Ismail, anak dari Nabi Ibrahim dengan Siti Hajar di Mina diatas Bukit yang telah ditandai dengan tembok yang agak tinggi mencolok. Disinilah Nabi Ibrahim sangat sedih, harus rela mengorbankan anaknya. Kemudian dihunuslah pedang dengan kemilau yang sangat tajam dengan nada yang sangat sedih Nabi Ibrahim berteriak, Bismillahi Allahu Akbar, tetapi Allah SWT melihat perjuangan Nabi Ibrahim," ungkap Ustad Herry dihadapan jamaah salat Idul Adha.
Maka diperintahlah Malaikat untuk mengganti Nabi Ismail dengan seekor kibas atau kambing. Inilah yang dilestarikan sampai sekarang yang menjadi salah satu ibadah Qurban.
Qurban itu sunnah muakad adiknya wajib, apabila kita mempunyai kemampuan rejeki untuk berqurban, kemudian tidak dikeluarkan maka jangan dekat-dekat dengan tempat ibadah.
"Bayangkan jika Allah SWT sudah melarang dekat-dekat tempat ibadah, dimana akan mendapat naungan, dimana mendapat safaat yang pada hakekatnya sebenarnya berqurban ini bukan hanya memotong hewan, tetapi kita juga mampu memotong sifat-sifat hewan yang ada pada diri kita. Pada hakekatnya kita ini adalah Ibrahim-Ibrahim yang ada di dunia Ismail itu istri kita, Ismail itu anak-anak kita. Ismail itu adalah pekerjaan, pangkat, jabatan dan harta kita. Allah tidak melarang untuk mengumpulkan harta, tidak dilarang untuk menyayangi anak-anak dan istri kita, tetapi Allah menginginkan kita untuk menyembelih rasa keangkuhan dan rasa memiliki harta, karena sesungguhnya yang maha memiliki adalah Allah SWT, semua yang menempel pada diri kita hanyalah titipan," tandasnya lagi.
Eksisten berqurban adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Satu bulu hewan yang kita qurbankan hitungannya 10 pahala. Bukan hanya bulu, kulitnya, dagingnya dan kelak hewan yang kita qurbankan akan menjadi saksi, kendaraan bahkan pemberat timbangan di yaumil akhir nanti.
"Maka beruntunglah yang pada tahun ini kembali mengeluarkan hartanya untuk berqurban dan bagi yang belum mempunyai kemampuan mari berniat kepada Allah pasti akan diberi kemudahan. Qurban bukanlah ibadah dadakan, qurban ini tetap waktunya tidak akan berubah. Mari kita mengumpulkan bekal, menyisihkan harta mudah-mudahan diberi kesempatan dan kemudahan untuk berqurban di tahun yang akan datang, semoga ibadah yang seharusnya menjadi tuntunan menjadi tuntutan yang akan memberikan mudhorat. Begitu banyaknya pahala yang Allah berikan kepada kita," beber ustad mengakhiri khutbah Idul Adha yang identik dengan penyembelihan hewan Qurban ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H