Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahlilan 365 Hari Wafatnya Imam Masjid Baitul Muttaqqin di Padati Jamaah

28 Mei 2021   21:54 Diperbarui: 28 Mei 2021   22:23 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahlilan 365 hari (dokpri/IST).

Meski pandemi Covid-19 belum beranjak pergi, namun jama'ah memadati tahlilan 365 Hari Wafatnya bapak Sadhiman. Disinilah nikmatnya, ditengah keterbatasan, masih ada orang yang membantu prosesi pemakan bapak hingga ke peristirahatan terakhirnya.

Waktu memang begitu cepat berlalu, sementara usia manusia semakin hari kian terasa pendek. Hal ini karena sudah 1 tahun atau 365 dilaksanakan tahlilan mengenang wafatnya imam Masjid Baitul Muttaqqin KH. Sadhiman Al Angsory pada 5 Juni 2020 di Ngawi Jawa Timur. Minus anak-anaknya para jamaah ini antusias memadati tahlilan mengenang 1 tahun Almarhum bapak KH. Sadhiman yang dilaksanakan di Masjid Baitul Mutaqqin. 24 Mei 2021 kemarin.

Begitu menerima kiriman foto tahlilan itu, hati ini seperti tidak percaya bahwa, almarhum bapak Sadhiman sudah 1 tahun mendahului kami semua. Muncul juga rasa kesal, jengkel, kecewa bahkan menangis, kok sebagai anak sendiri tidak bisa hadir turut tahlilan 1 tahun atas meninggalnya bapak.

Ditengah kepungan wabah covid-19 ini, telah dilaksanakan tahlilan 1 tahun wafatnya bapak, kami kembali tidak bisa kemana-mana. Sementara orang lain begitu antusias menyimak ritual mendoakan almarhum bapak, sampai kapan kami terkungkung dalam kepungan pandemi, anak macam apa kami ini.

Bapak dan Ibu, jangan sampai ada orang berprasangka buruk mengatakan anak yang lupa akan kulitnya, melupakan asal usulnya, padahal tidak ada niatan seperti itu, situasi dan kondisilah yang membuat segalanya harus terjadi.

Tahlilan di Masjid Baitul Muttaqqin (dokpri/IST)
Tahlilan di Masjid Baitul Muttaqqin (dokpri/IST)
Masih dari Masjid Baitul Muttaqqin Desa Kandangan, Kabupaten Ngawi Jawa Timur, pelaksanaan tahlilan 1 tahun bapak dihadiri puluhan jamaah meramaikan masjid yang dahulunya nyaris roboh, penuh sarang laba-laba, pokoknya terkesan tidak terawat.

Sejak bapak berdomisili di desa Kandangan tersebut, Masjid Baitul Muttaqqin yang tadinya gelap gulita, minim penerangan, sampai saat ini masjid tersebut kembali terang benderang dan mulai ramai di datangi jamaah untuk melaksanakan sholat 5 waktu. Semenjak bapak meninggal entah bagaimana kondisinya sekarang, sebab sudah beberapa tahun belakangan kami belum lagi pulang tilik orang tua, hingga bapak pergi untuk selama-lamanya, bermigrasi ke alam yang lebih indah, bersih mewangi dengan panorama alam begitu menyegarkan hamba-Nya yang bertaqwa kepada Alloh SWT.

Apapun yang terjadi, kami di tanah rantau sangat berterimakasih kepada warga Desa Kandangan dan sekitarnya. Sama dengan tahlilan 40 hari yang lalu, tahlilan 365 hari wafatnya bapak tetap disesaki jamaah, memang menyesakkan dada sih, tak satupun anak kandungnya menhadiri tahlilan tersebut.

Suasana Tahlilan di Masjid Baitul Muttaqqin Kandangan Ngawi (dokpri/IST)
Suasana Tahlilan di Masjid Baitul Muttaqqin Kandangan Ngawi (dokpri/IST)
Terserah mau bilang apa, ada yang suka dan tidak suka terhadap kondisi ini, yang jelas keberadaan anak-anaknya terpisah-pisah di tanah rantau tetaplah mendoakan almarhum bapak Sadhiman. Sebagaimana himbauan pemerintah untuk tidak mudikpun harus diikuti, hal ini untuk mencegah penularan wabah pandemi covid-19 yang masih menghantui negeri pertiwi.

Intinya, meski ditengah wabah pandemi covid-19, tahlilan 365 hari wafatnya bapak Sadhiman masih tetap dipenuhi jamaah. Kami sebagai anaknya tidak bisa membalas kebaikan tetangga terdekat dengan bapak Sadhiman yang sepenuh hati ikhlas tanpa pamrih apapun membantu prosesi pemakaman bapak hingga ke peraduan terakhirnya.

Bapak sudah tenang disana, dari alam yang berbeda bapak pasti terharu dan bangga atas kebaikan tetangga dan seluruh jamaahnya di Desa Kandangan Ngawi. Sekali lagi kami sebagai anak-anak dari bapak Sadhiman tidak bisa membalas kebaikan tetangga terdekat, semoga amal kebaikannya mendapat balasan dari Allah SWT. Insha Allah akan indah pada akhirnya.

Sepeninggal bapak, semoga diantara pembaca ini ada orang baik yang tergerak hatinya dan sukarela meluangkan rezeki atau tenaganya untuk mempercantik kembali Masjid Baitul Muttaqqin di Desa Kandangan Ngawi Jawa Timur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun