Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Miris, di Tengah Pandemi Covid-19 Ternyata Bullying Itu Masih Ada

23 Mei 2020   10:23 Diperbarui: 23 Mei 2020   10:40 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat memilukan di tengah pandemi Covid-19 dimana semua orang melakukan sosial distancing dan physical distancing, ternyata bully itu masih ada. Di Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan, beredar luas sebuah video bully terhadap bocah penjual kue jalangkote (pastel) keliling bernama Rizal (12) yang dilakukan pemuda-pemuda kampung.

Rizal yang masih duduk dibangku kelas 5 Sekolah dasar ini, kesehariannya memang berjualan jalangkote keliiling menggunakan sepeda yang terbilang butut. Posturnya yang tambun tak mengurangi niatnya membantu meringankan beban perekonomian orang tuanya di tengah pandemi.

Mirisnya, dalam jualan jalangkote, Rizal tak jarang mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pemuda-pemuda setempat, mungkin karena berbadan tambun itulah pemuda-pemuda itu sengaja melakukan perundungan atau bullying.

Dibalik tubuhnya yang gemuk atau tambun tidak membuatnya minder mencari nafkah secara halal dengan membatu ibunya berjualan Jalangkote. Sebaliknya Rizal merupakan anak periang, pemberani, pekerja keras dan bertanggungjawab dan memiliki perhatian tinggi terhadap keluarga. Berbanding terbalik dengan para pelaku bully yang merasa sok kaya, sok kuasa, padahal tidak punya apa-apa, bukan siapa-siapa.

Bukannya bertanggungjawab, hanya lontang-lantung nggak jelas, tak berpendidikan. Membully bocah penjual jalangkote, Rizal (12) di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan yang usianya jauh berbeda diatas Rizal. 

Boleh jadi ini pengaruh pergaulan yang salah, atau terkontaminasi permainan produk impor yang meracuni otak anak bangsa, sebut saja permainan itu Mobile Lagend, Free Fire, Clash Royale dan lain-lainnya.

Dalam video yang viral di media sosial tersebut nampak Rizal mendapat perlakuan kasar dari pemuda-pemuda warga Jalan Batu Merah, Kelurahan Tala, Kecamatan Tala, Kabupaten Pangkep, dimana Rizal berdomisili.

Sekelompok pemuda yang mana salah satu diantaranya bernama Firdaus (26) yang melakukan penganiayaan terhadap Rizal hingga nyungsep ke lapangan berumput beserta sepedanya. Nampak, setelah terjatuh, bukannya di tolong, Rizal malah menjadi bahan tertawaan.

Pelaku perundungan dikenal bernama Firdaus ini merupakan warga Tanete, Kelurahan Bonto-bonto Kecamatan Ma'rang, Kabupaten Pangkep,
Sulawesi Selatan. Akibat ulahnya tersebut, ke delapan pemuda ini harus berurusan dengan hukum dan menghantarnya ke penjara.

Sebenarnya, Dahlia ibunya melarang Rizal untuk berjualan, namun bocah kelas 5 Sekolah Dasar memiliki tekad begitu kuat untuk membantu perekonomian keluarga itu tetap saja berjualan.

Setiap hari selama pandemi virus Corona melanda, Rizal hanya berhasil mendapat keuntungan maksimal Rp. 10 ribu rupiah saja. Dua ribu rupiah dari keuntungan itu dia ambil untuk belanja, sedangkan 8 ribu rupiah sisanya diberikan pada orang tuanya untuk menambah perekonomian termasuk pembelian susu dan popok untuk adiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun