Manusia moderm itu semakin pintar, justru semakin hilang rasa kemanusiaannya, meski pelakunya hanyalah segelintir, tetap saja berdampak besar, menciptakan segala bentuk anarkisme mencoreng-moreng wajah Indonesia yang baru saja memeringati hari kesaktian pancasila dan sekarang memeringati Hari TNI ke-74.Demo atau unjuk rasa boleh-boleh saja, tidak ada yang melarang, asal tujuannya baik dan tidak memicu aksi vandalisme, apalagi ditunggangi ormas abal-abal atau ikut-ikutan.Â
Sebagaimana diketahui bersama sejumlah oknum melakukan orasi membakar ban bekas dan menjurus vandalisme, merusak kendaraan roda empat berplat merah yang melintas di depan Pintu 1 Unhas. Akibat ulah tersebut, 2 unit mobil dinas berplat merah hancur lebur bak bubur pada Kamis 26 September lalu.
Akan halnya membuang sampah sembarangan, penulis menemui pemandangan sedikit mengundang selera. Waktu itu menyusuri lorong sempit dibagian belakang Perumahan Bumi Permata Sudiang I, penulis mendapati beberapa sampah yang terbungkus rapi dalam kemasan plastik.
Lorong tersebut memang area favorit masyarakat untuk membuang sampah, sehingga menjelma sebagai tempat sampah dadakan, apabila manusia melintasi lorong itu begitu gampangnya melemparkan kemasan sampah dan kemudian berlalu. Â
Selain melihat bungkusan-bungkusan berbagai ukuran, tercium aroma tidak sedap dari gundukan sampah bersembunyi dari balik semak belukar. Otomatis gundukan itu merusak pemandangan dan aromanya mengundang penyakit bagi orang-orang yang menghirupnya.Â
Ada baiknya pejabat setempat menyaksikan langsung lokasi tempat sampah dadakan ini, kesannya tanah tersebut tak bertuan, tidak produktif dan merusak pemandangan.
Mirisnya, manusia-manusia moderen dengan mudahnya tersulut emosi. Membunuh semaunya, lalu bunuh diri. Kemudian membakar huru-hara, hingga menelan korban jiwa, akhirnya menghilang begitu saja.
Tak kalah parahnya, hidup diantara bisingnya mesin kendaraan, ketika pejalan kaki hendak menyeberang jalan yang ada tanda zebra crossnya. Penyeberang jalan dianggap kecoa oleh sebagian orang yang jago mengendarai kendaraan bermotor tersebut.
Penulis sering mengalami susahnya menyeberang jalan raya, salah satu contohnya baru-baru saja terjadi ketika itu hendak mengikuti upacara memperingati hari kesaktian pancasila 1 Oktober 2019 lalu.
Mentang-mentang tidak ada Polisi, si pengendaraan kendaraan bermotor ini begitu bar-bar tanpa mengindahkan marka jalan melaju kencangnya, hingga mendekati penyeberang jalan, bahkan nyaris menyerempet sembari berkata ala bar-bar, meski terdengar samar-samar ditelinga penyeberang jalan kaki, aksi tersebut sangat tidak etis.
Penulis kembali mengingatkan kepada pengendara ugal-ugalan di Jalan P. Kemerdekaan Km. 17 tepatnya saat melintasi marka jalan zebra cross di depan Masjid Haji Fajar Makassar.Â
Semoga dari ribuan pengendaraan bermotor tersebut mengingat kembali aksi cowboynya pada 1 Oktober 2019 persis bertepatan dengan Hari Peringatan Kesaktian Pancasila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H