Suatu hari dibawah sengatan sinar mentari mengawali hari nan cerah. Secerah cuaca kemarau seperti sekarang ini.Teriknya mentari, bukan berarti manusia berhenti berkreativitas mencari rejeki yang halalan toyyiban. Bukankah tangan diatas itu lebih baik ketimbang tangan dibawah?
Memang benar bahwa nasib seseorang ditentukan oleh takdir, toh demikian sebagaimana disebutkan "tidak akan berubah nasib seseorang, apabila orang tersebut tidak berusaha merubahnya."
Pada Jumat, 4 Oktober 2019, Penulis menemani kawan-kawan karib berburu mobil second atau bekas tapi mulus yang akan dibelinya.
Selain menikmati hamparan kota masa depan ala Summarecon, pandangan penulis tertuju pada sebuah Showroom Adelia Motor, disitu nampak sebuah mobil idaman pemburu mobil terpampang di sebuah showroom yang terletak di jalan Komplek Villa Mutiara , Ruko Vista C2, kebetulan lokasi showroom tersebut bersebelahan dengan sebuah bangunan Rumah Toko Warung Kopi Kita milik artis jebolan KDI, Safaruddin.
Gayung bersambut sambil melihat-lihat dan menawar mobil tersebut, kawan karib bersama penulis disuguhi kopi susu dan penganan dari warkop sebelah yang rasanya begitu menggoda selera, diantara deretan mobil yang terpajang di showroom ini, jamuan kopi susu melengkapi suasana obrolan di showroom. Sembari bercerita penulis mencoba mengulik lebih dalam kisah perjalanan hidup sang pemiliknya.
"Sudah lama berprofesi berbisnis jual beli mobil pak," penulis membuka obrolan.
"Sudah lama pak, sejak masa SMEA sudah mengenal dunia dagang." Ujar Muzakkir Alim Bachri sambil berkisah masa lalunya.
"Semasa kecil, jaman sekolah dasar dulu saya sudah berjualan kerupuk berbahan ubi," jelasnya haru.
Beranjak dewasa, kembali berniaga sebagai loper koran, begitulah kisah perjalanan hidup seseorang yang bernama Muzakkir Alim Bachri yang akrab disapa Cakki.
Terlahir dari keluarga sederhana di Kabupaten Enrekang yang dikenal keluarga Masserenpulu.
Pada tahun 1993, Cakki muda merantau ke Makassar. Ayahnya seorang petani kecil di Desa Salukanan, Kecamatan Baraka, terletak di lereng gunung Latimojong yang merupakan desa penghasil Pulu Mandoti, sejenis beras ketan khas dari Kabupaten Enrekang dengan rasa begitu nikmat (Harum).
Masa kecil hingga SMP dihabiskan di desa ini dengan berjalan kaki semasa bersekolah kemudian melanjutkan sekolah di SMEA Negeri 1 Balangboddong Jl.Mangerangi sekarang dikenal dengan nama SMK Negeri 01 Makassar.
Keseharian semasa mudanya, sambil bersekolah diisi dengan berjualan koran dan majalah. Pekerjaan ini dilakoninya hingga tak mengenal waktu, mulai subuh hingga malam hari menembus kelamnya belantara kota Ujung Pandang atau Makassar.
Hujan dan panas tak dihiraukannya, terus mengayuh sepeda bututnya menjemput rejeki masa depan. Di sela-sela waktu senggang, Cakki membaca kisah hidup para orang-orang sukses di koran atau majalah.
Pada tahun 1996, sambil berjualan koran dan majalah juga merangkap mengabdi menjadi tenaga honorer sebagai sopir umum di kantor Bapedal Regional Ujung Pandang.
Tekadnya semakin kuat untuk merubah nasib dan kesempatan mulai terbuka lebar. waktu berlalu hingga Cakki muda menemukan sang pujaan hati dan memutuskan untuk berumah tangga bersama Herlina. Sekarang ini Cakki dikarunia dua orang putri, Elza dan Adelia.
Jiwa niaganya tak bisa terlupakan begitu saja meski sebagai Abdi Negara, hingga saat ini sambil bekerja diisi dengan merintis usaha yang baru yakni berjualan motor bekas , lambat laun beranjak naik ke bisnis jual beli mobil. Hari demi hari usahanya semakin berkembang, hingga membuka sebuah showroom mobil di komplek Villa Mutiara Makassar.
Diakhir kisahnya Muzakkir Alim Bachri, memberi sedikit pesan bijak buat para generasi Milenial.
"Jangan pernah mengenal kata menyerah, ulet tekun, dan jujur dalam berusaha," pungkas Cakki.
Doa dan usaha, relasi pertemanan, kekuatan mental menjadi pelajaran yang didapatkan penulis berkat keuletannya dari seorang penjual kerupuk, sopir mobil Ambulance, loper koran, dan kini sebagai Pegawai Negeri Sipil, saat ini Aparatur Sipil Negara yang menjadi seorang owner.
Itulah tadi sekelumit cerita sukses seorang anak manusia, yang dulunya ulet berdagang dan berusaha sekuat tenaga meniti karir sebagai pedagang kerupuk ubi hingga loper koran. Saat ini lihat saja hasilnya, ibarat kata 'berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakir-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.'
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI