Surjadi memulai karir jurnalistiknya di Trubus, sebuah majalah pertanian. Dia kemudian bekerja untuk harian Kompas selama hampir sepuluh tahun. Pria yang identik mengenakan tshirt ini pernah bekerja sebagai reporter lepas dan media trainer di Indonesia dan tempat lain di wilayah ini.
Harry Surjadi terpilih sebagai pemenang kategori individu Penghargaan Komunikasi Bagi Perubahan Sosial (Communications for Social Change Award) yang diberikan oleh Universitas Queensland di Brisbane pada tahun 2013.
Harry Surjadi berjasa melatih lebih dari 200 penduduk asli di Kalimantan Barat untuk menjadi pewarta media dengan menggunakan Ruai SMS.
Ruai SMS adalah sistem komunikasi menggunakan HP, yang memungkinkan masyarakat untuk mengirimkan berita langsung ke stasiun televisi Ruai guna melaporkan adanya kegiatan penebangan hutan ilegal dan pembangunan di daerah mereka.
Dikatakan Harry Surjadi dihadapan peserta,"Strategi komunikasi Balai Gakkum harus jelas prosedurnya siapa yang nulis siapa yang menyetujui." Tuturnya.
Siaran pers Gakkum nanti menjadi fakta, memang ada yang boleh dimuat dan tidak boleh tayang." Kata Harry Surjadi
Ditjen Gakkum KLHK ini nantinya diharapkan membuatkan list mana siaran pers yang tidak boleh keluar dan mana yang boleh," tambahnya.
Diimbuhkan Harry, "bukan siaran persnya yang boleh atau tidak boleh, tetapi point-point apa saja yang ditulis untuk ditayangkan."
Tujuan siaran pers bukan berarti Gakkum banyak kerjaan, akan tetapi lebih menyasar kepada publik, pembaca berita seperti pelaku usaha pembukaan lahan dan masyarakat. Ada perlunya juga tim siaran pers berfikiran seperti media.
"Dalam penulisan siaran pers sebaiknya menggunakan sistem piramida terbalik, artinya informasi yang penting ditempatkan pada paragraf atas kemudian memuat 5 w+1 h, minimal siaran memuat 4 w (what, who, where, when) ini sudah bagus dan gunakan kalimat efektif." Ungkapnya.
Lanjut Harry, "siaran pers Gakkum yang salah saja masih dimuat media, pasalnya, informasi dari Gakkum selalu menarik dalam memberitakan informasi kejahatan lingkungan."