Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah Itu Hasil Karya Manusia Bernilai Rupiah

15 Juni 2019   20:11 Diperbarui: 15 Juni 2019   20:15 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makmur dan Risma/dokpri

Masyarakat kota Makassar sudah sewajibnya berterimakasih akan keberadaan armada pengangkut sampah atau yang akrab disebut tangkasa ki'. Kenapa?

Keberadaan armada ini sangat membantu mengurangi gundukan sampah, baik itu sampah rumah tangga, sampah dari perkantoran, industri maupun rumah sakit. Bayangkan, ketika Makassar bahkan dunia tanpa personil dan armada pengangkut sampah, penulis yakin dan percaya dunia ini dibanjiri lautan sampah tidak menutup kemungkinan mendadak menjadi hutan sampah. Tentu nggak kebayang kengeriannya.

Sebagian besar masyarakat kita pasti berpendapat, "saya sudah bayar iuran sampah tiap bulan, jadi pantes dong, petugas yang mengangkut sampahnya."

Syah-syah saja berkata demikian, akan tetapi tidak ada salahnya juga ikut menjaga kebersihan lingkungan. Tentu akan menambah estetika dan Keindahan Kota Makassar tercinta.

Hal ini sangat mempermudah dalam pengawasan, serta terjalin rasa saling membantu mengurangi timbulan sampah.

Armada Tangkasaki'/dokpri
Armada Tangkasaki'/dokpri
Selain itu juga untuk mengendalikan munculnya titik sampah baru di lokasi baru terlarang, yang berpotensi mengurangi keindahan dan merusak estetika kota sekaligus bencana.

Ditengah sulitnya lapangan pekerjaan, layak diangkatkan topi untuk personel sampah milik Pemerintah Kecamatan Biringkanaya yang gagah berani, tanpa rasa jijik mengangkuti sampah. Sebagaimana pantauan penulis, mereka berdua selain bertugas mengangkut sampah, salah satu dari mereka juga merangkap sebagai sopirnya.

Pemandangan tak biasa ini penulis dapati ketika tanpa  sengaja berjalan kaki di Jalan Perintis Kemerdekaan lebih tepatnya depan kantor Diklat Balai Perindustrian Makassar. Rabu (12/6/2019).

Saking penasarannya, penulis pun bertanya kepada kedua petugas pengangkut sampah dari Kecamatan Biringkanaya yang terbilang muda ini. Mereka adalah Muh. Makmur dan Risma. Ternyata tak semakmur namanya.

Menurut mereka setiap hari armadanya mengangkut sampah sekitar wilayah Perintis Kemerdekaan. Akan tetapi jumlah sampahnya terus saja bertambah.

Penulis hanya mampu berpesan kepada para Camat baik Kota Makassar maupun kota lain di tanah air agar memperhatikan kesejahteraan para petugas kebersihan ini.

Jangan hanya berambisi meraih pengakuan lebih dari Pusat, lantas kebersihan kota digenjot, sementara kesejahteraan petugas kebersihan terabaikan.

Sampah itu merupakan sebuah hasil karya tangan rumah tangga maupun industri yang sejatinya bernilai rupiah bagi masyarakat yang kreatif dan inovatif sebagaimana filosofinya. Itu!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun