Masyarakat kota Makassar sudah sewajibnya berterimakasih akan keberadaan armada pengangkut sampah atau yang akrab disebut tangkasa ki'. Kenapa?
Keberadaan armada ini sangat membantu mengurangi gundukan sampah, baik itu sampah rumah tangga, sampah dari perkantoran, industri maupun rumah sakit. Bayangkan, ketika Makassar bahkan dunia tanpa personil dan armada pengangkut sampah, penulis yakin dan percaya dunia ini dibanjiri lautan sampah tidak menutup kemungkinan mendadak menjadi hutan sampah. Tentu nggak kebayang kengeriannya.
Sebagian besar masyarakat kita pasti berpendapat, "saya sudah bayar iuran sampah tiap bulan, jadi pantes dong, petugas yang mengangkut sampahnya."
Syah-syah saja berkata demikian, akan tetapi tidak ada salahnya juga ikut menjaga kebersihan lingkungan. Tentu akan menambah estetika dan Keindahan Kota Makassar tercinta.
Hal ini sangat mempermudah dalam pengawasan, serta terjalin rasa saling membantu mengurangi timbulan sampah.
Ditengah sulitnya lapangan pekerjaan, layak diangkatkan topi untuk personel sampah milik Pemerintah Kecamatan Biringkanaya yang gagah berani, tanpa rasa jijik mengangkuti sampah. Sebagaimana pantauan penulis, mereka berdua selain bertugas mengangkut sampah, salah satu dari mereka juga merangkap sebagai sopirnya.
Pemandangan tak biasa ini penulis dapati ketika tanpa  sengaja berjalan kaki di Jalan Perintis Kemerdekaan lebih tepatnya depan kantor Diklat Balai Perindustrian Makassar. Rabu (12/6/2019).
Saking penasarannya, penulis pun bertanya kepada kedua petugas pengangkut sampah dari Kecamatan Biringkanaya yang terbilang muda ini. Mereka adalah Muh. Makmur dan Risma. Ternyata tak semakmur namanya.
Menurut mereka setiap hari armadanya mengangkut sampah sekitar wilayah Perintis Kemerdekaan. Akan tetapi jumlah sampahnya terus saja bertambah.
Penulis hanya mampu berpesan kepada para Camat baik Kota Makassar maupun kota lain di tanah air agar memperhatikan kesejahteraan para petugas kebersihan ini.
Jangan hanya berambisi meraih pengakuan lebih dari Pusat, lantas kebersihan kota digenjot, sementara kesejahteraan petugas kebersihan terabaikan.
Sampah itu merupakan sebuah hasil karya tangan rumah tangga maupun industri yang sejatinya bernilai rupiah bagi masyarakat yang kreatif dan inovatif sebagaimana filosofinya. Itu!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H