Kali ini...
Sudi tidak pergi kerja....
Lemah, letih, lesu, lunglai bersimpuh disamping dipan kayu lapuk nan renta....
Sudi terbaring di rumah sakit diam saja tak berdaya kemana-mana...
Sudi pucat pasi terbatuk-batuk terkendala biaya...
Sudi hidup pas-pasan
Gaji kurang, dicekik harga kebutuhan sendiri...
Wajahnya kempot tercekik lehernya sendiri...
Hari demi hari tubuhnya beringsut menciut....
Bak morvinis menanti vonis..
Sudi pantas disebut tengkorak jalanan...
Siang jadi malam, malam jadi siang, terlunta-lunta nokturnal di pasar dan terminal...
Nampak benjolan tulang pipi, leher, tangan, dada hingga betisnya...
Berbalut kulit dan tulang saja....
Sama sekali tak ada yang dibanggakan dari sudi kecuali miris dan empati....
Lagi-lagi sudi batuk lagi, parahlah....
Terngiang-ngiang sosok kawan senasibnya yang mati karena kurang gizi....
Sudi meludah dan lagi-lagi darah membuncah, happy-happy ajalah...berkilah...
Sudi tak sudi diupah murah, nyatanya tenaganya memang murah...
Sudi merenungi mahalnya resep dokter....
Sudi mengawang-awang ke langit, bintang dan rembulan seolah mengharapkan uang jatuh dari langit...
Nyatanya tak ada uang jatuh, pun tak ada obat....
Nyawa Sudi hanya diperpanjang oleh waktu kerja yang sempit dan menindas...
Sudi abai tanpa memperhitungkan dirinya sendiri....
Waktu, tenaga, kesehatan dan harapan musnah hanya untuk kepingan rupiah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H