Saya termasuk orang gagap teknologi, akhirnya suka tidak suka, mau tidak mau seiring perkembangan jaman turut mempengaruhi gaya hidup manusia. Jika dahulu ada namanya belajar kelompok dan bertatap muka, lalu bersama membedah isi buku mengerjakan soal-soal di sekolah.
Sekarang, pemandangan seperti itu mustahil terjadi, bahkan dianggap udik, segala rupa belajar dan membuka buku, tergantikan kecanggihan teknologi, tanpa harus bertatap  muka pun soal-soal pelajaran begitu gampangnya rampung. Seperti inilah bayangan dunia internet.
Era Millenium sekarang ini keberadaan internet merupakan kebutuhan primer. Gaptek atau gagap teknologi bukan alasan untuk tidak mengenal internet.
Keberadaan buku tergantikan oleh koneksi internet, apapun dibutuhkan tersedia di internet. Mau apapun tanpa harus kemana-mana, kita menemukan apapun yang kita inginkan, hanya klik lalu searching mesin GOOGLE memuaskan gairah pengguna internet.
Masalahnya tat kala koneksi internet macet atau lalot, penggunanya pada sakit jiwa. Mencak-mencak tak karuan, segala cara ditempuh guna mendapatkan koneksi internet ketimbang memikirkan musibah bencana alam.
Bencana, seakan tiada arti, meski alam sekitarnya lagi pada sekarat di berbagai lokasi bencana alam. Asal ada internet, meski berkorban kuota bencana alam hanya ungkapan belasungkawa.
Memang diakui Pemerintahan jaman sekarang pada mengalami kelumpuhan ketika internet padam. Hal ini tentu menyebabkan kerugian yang ditimbulkannya.
Sebaliknya, bencana alam agaknya tak mempengaruhi gaya hidupnya, yang jauh dari nalar sehat. Saking akutnya, kecanggihan teknologi informasi dimanfaatkan untuk "menjual diri" atau personal branding demi popularitas semata.
Patut disayangkan terkadang penggunanya kebablasan, fasilitas negara seakan milik pribadi. Selalu merasa kurang puas dengan bandwitch, padahal negara telah menggaji ASN dan tenaga Honorer.
Silahkan manfaatkan internet sebijak-bijaknya, biasa kirim surel tersendat, jangan sampai merugikan pengguna lain. Orang yang punya alat-alat elektronik berupa smartphone/gadget maksimalkan perangkat tersebut akan hal-hal yang bermanfaat.
Bukan bermaksud menggurui, sekedar mengingatkan sesama pengguna, manfaatkan internet secara positive agar tidak tersesat.
Apa jadinya bila kita tak bisa mengakses internet, tentu tak bisa browsing situs berita, chatting, kirim email, download segala macam informasi, Â data, bahkan transfer uang.
Rasanya, kembali hidup di hutan rimba yang jauh dari peradaban, meski kita berada di tengah-tengah kota, itu akibat dunia tanpa internet.
Internet sudah bukan sekedar lifestyle, tapi menjelma sebagai kebutuhan hidup. Bahkan beberapa pelakor merubah internet sebagai Tuhan. Yang jelas, tanpa internet manusia kembali ke masa jahiliyah.
Perkembangan internet membuat segelintir manusia bermental jahiliyab jauh dari peradaban, berperilakunya jauh dari kata "BERADAB."
Mayoritas semua kegiatan yang di lakukan tidak bisa lepas dari internet, manusia terperangkap dalam dunia internet yang tabu, rasanya hidup segan mati tak mau jika internet hilang dari peredaran.
Ketagihan internet produktivitasnya hingga kehilangan akal sehat, ada beberapa diantaranya merasa disorientasi rasionalitas, atau cacat tak bisa melakukan apapun, lumpuh, sedih, putus asa.
Mereka adalah jenis perasaan yang memimpin orang-orang menangis akibat candu internet.
Mungkin kita semua akan lebih bahagia jika ada internet dari pada tertimpa bencana. Faktanya bahwa kita tidak dapat lepas dari dunia internet, yang telah membantu kita terhubung, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan keluarga, teman, relasi kerja, bahkan dengan orang-orang yang belum kita kenal dan belum pernah kita temui sekalipun.
Saya pernah merasakan atas koneksitas internet, acapkali dihadapkan dengan konflik tidak ada sinyal wifi/HotSpot selama sehari rasanya sebagai pecundang, mengharuskan melakukan tindakan intensif demi kelancaran koneksi internet.
Tanpa internet seperti orang impoten intelektualitas, hanya mencak-mencak, tanpa melihat anggaran. Terpenting revitalisasi perangkat sendiri.