Gempa dan tsunami berkekuatan 7,4 SR yang menggoncang Palu, Sigi dan Donggala merupakan peringatan bagi manusia agar introspeksi diri. Jangan terlena akan harta dan tahta duniawi semata. Lihatlah saudara-saudara kita di Aceh, Lombok, Palu, Sigi dan Donggala disusul Situbondo Jawa Timur porak poranda pasca bencana gempa, tsunami dan Likuifaksi. Mereka membutuhkan uluran tangan kita yang berpunya.
Sebagaimana diketahui sebelum Palu, bencana serupa menimpa Aceh kemudian bencana mengguncang Lombok. Gempa serupa akhirnya mampir di Palu pada Jum'at 28 September 2018  lalu. Situbondo Jawa Timur tak luput kecipratan bencana, selanjutnya kemana?
September yang biasanya dikenal sebagai September Ceria yang didendangkan biduan cantik Vina Pandu Winata, dalam sekejap berganti September Berduka
Situasi ini membuat kota Palu dalam sekejap senyap tanpa suara. Kabar duka ini pun sampai menyentuh hati Siti Nurbaya, selaku Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Tanpa berlama-lama, Selasa, 8 Oktober 2018, Menteri LHK mengutus Sekjen KLHK bersama beberapa pejabat teras KLHK terbang ke Palu sekaligus memberi bantuan. Â
Bukannya tanpa sebab terbang ke Palu, lantaran KLHK memiliki Wilayah kerja cukup luas di Indonesia, salah satunya di Sulawesi. Di Sulteng terdapat Kantor Balai TN. Lorelindu, BKSDA Sulteng, Balai Gakkum LHK Sulteng dan Pemerintah Provinsi yang memiliki keterkaitan emosional, yaitu Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng.
Setibanya di Palu Bambang Hendroyono, selaku Sekjen KLHK mewakili Menteri LHK langsung menyaksikan kantor BKSDA Sulteng dan memasuki ruang kerja Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Ruang kerja BKSDA dalam kondisi porak poranda, beliau sempat menyapa seluruh pegawai BKSDA Sulteng.
Kantor BKSDA berlokasi dijalan M.Yamin Sulteng mengalami keretakan pada dinding sehingga tidak aman lagi untuk beraktivitas. BKSDA dan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah lumpuh total, gelap total tanpa fasilitas listrik, jaringan koneksi internet mati, asset negara/BMN lainnya turut luluh lantak tak berbentuk.