Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Andi Baso Tancung, Sosok Inspirator Perajut Opini yang Terserak

26 Agustus 2018   14:52 Diperbarui: 26 Agustus 2018   15:21 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dijelaskan pula bahwa buku Merobek Demokrasi sebagai penggambaran kondisi bangsa saat ini. Proses demokrasi tercabik-cabik atau dirobek-robek oleh tiga aktor demokrasi. Aswar mengistilahkan mereka sebagai Bandit, Badut dan Bandar politik. Mendengar istilah ini para peserta diskusi yang tadinya monoton, sontak tertawa lepas tanpa beban dan itu memang fakta terjadi menggerus panggung politik.

"Mancur Llyod seorang profesor, meneliti dalam politik Rusia, runtuhnya Pemerintahan Otoriter dan beralih ke sistem demokrasi. Kondisi tersebut juga terjadi di Indonesia, setelah bergulirnya reformasi, saat bersamaan bermunculan bandit-bandit yang hidup dari praktik politik, terutama memasuki Pemilihan Kepala Daerah," Ungkap Aswar.

"Di Pilkada itu bukan hanya bandit, juga mereka para bandar politik membiayai peserta Pilkada. Saat yang dibiayai itu menang, kemudian mereka menarik untung melalui sandera APBD," bebernya. Dan saya rasa tidak hanya APBD yang tersandera, tetapi manuver-manuver Bandar Politik pun menyasar APBN, cara-cara inilah yang merobek-merobek demokrasi.

"Badut politik, jelas Aswar, adalah orang-orang yang dipasang, dengan tujuan kepentingan kekuasaan khususnya oleh bandar dan bandit. Menjadikan setiap calon Kepala Daerah sebagai boneka politik untuk kepentingan bandar dan bandit. Lantas bagaimana cara melawan itu? Aswar mengurangi tiga hal mendesak yang perlu dilakukan. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, indeks pendidikan, dan moral pelaku politik. "Karena pada saat tingkat kemiskinan masyarakat masih tinggi, mereka sangat mudah terbeli para bandar," tuturnya.

Ide membukukan opini yang telah dimuat itu, keluar dari ketua Ikatan Penulis Indonesia Makassar (IPIM), Andi Baso Tancung. Ia juga menjadi salah satu editor dalam buku yang memuat 40 judul opini tersebut.

Ia mengurai, opini merupakan salah satu sumber ilmu yang ada di koran. Sebab, membuat Opini tidaklah mudah. Penulisnya tergolong orang yang cerdas. Mesti menuangkan permasalahan, fenomena, atau peristiwa dalam sebuah tulisan.

"Kami dari IPIM melihat bahwa ini ilmu akan terbuang percuma jika tidak di bukukan. Makanya ada ide ini," kata Andi Baso Tancung.

"Kelak, buku ini akan menjadi sumber informasi bagi generasi akan datang. Menulis Opini bukanlah sesuatu yang mudah, harus melihat fenomena, dan peristiwa yang aktual pada saat itu untuk dijadikan tulisan," tukas Andi Baso Tancung bersemangat.

Rasa syukur pula yang harus diucapkan kepada Tuhan bagi kita orang yang sempurna dari segi fisik. Kadang kita tidak merasa anugrah tersebut dan selalu mengeluh dengan pemberian-Nya. Dan Tuhan adalah maha adil dengan segala pemberian-Nya.

Seusai ritual foto bersama, saya memanfaatkan waktu luang, mendekati sosok inspirator Andi Baso Tancung untuk membubuhkan tanda tangan di buku "Merobek Demokrasi." Tanpa nyana, esoknya foto saya terpampang nyata di halaman pertama harian Fajar Minggu 26 Agustus 2018, terimakasih fotografernya kreatif banget.

Meminjam ungkapan Aswar Hasan, menulis itu pekerjaan orang merdeka yang mengungkung fikirannya melalui tulisannya secara merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun