Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Terima Kasih" Bayaran Sepadan Buat Laptop yang Sakit

12 Mei 2018   10:10 Diperbarui: 12 Mei 2018   11:01 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terimakasih" Adalah Bayaran Sepadan Buat Laptopku

Melihat tampilan blue screen laptop tiba-tiba muncul dengan bahasa skrip membingungkan, sekejap jantung berhenti berdegub, sirkulasi oksigen mampet bagaikan kehilangan nyawa.

Soalnya laptopku ini bagian dari hidup juga kinerjaku, baik di rumah maupun di kantor, selain dari pada itu laptop ini nyaris mendekati sahabat, pacar dan istri bagi kehidupanku, meski kenyataan wujudnya benda mati.

Benda mati pun tahu apabila diperlakukan secara baik processornya akan baik, sebaliknya apabila diperlakukan semaunya sendiri, barang tersebut dijamin tidak akan bertahan lama.

Keberadaannya tidak banyak menuntut, justru aku yang sering menuntutnya. Kesabaran laptop ini benar-benar membuatku kerdil tak berdaya tanpanya.

Begitu bercengkerama dengan laptop, dunia ini seakan milik berdua, semua problema hilang tanpa aroma. Sebagai mana diketahui di jaman millennial, laptop dan smartfhone sebagai sarana penunjang kegiatan sehari-hari, terutama untuk kegiatan menulis dan membuat laporan.

Tanpa terasa, lebih dari sepuluh tahun laptop menemani aktivitasku di rumah maupun kantor. Pasalnya, file-file berharga yang mustahil aku dapatkan dari makhluk bernyawa, semua tersimpan dalam hardisk laptop.

Banyak orang memiliki laptop canggih dan mahal, tetapi hanya sedikit yang bisa merawatnya, bertahan hingga puluhan tahun lamanya, usianya terbilang tua, namun begitu berguna.

Sontak inspirasi melintas ketika jari jemari menari lincah di atas abjad papan keyboard. Setiap abjadnya seolah-olah mengarahkan sebelas jariku untuk mengelus huruf demi demi huruf, merangkai kata-kata indah nan mempesona, khususnya ditempat kerja.

Keberadaan benda mati satu ini terbilang sempurna, ikhwalnya, manusia yang katanya makhluk sempurna, ternyata kalah sempurna dari laptop tuaku.

Manusia dikatakan sempurna apabila dia bermanfaat bagi orang lain. Sedangkan untuk mengaplikasikan kata "bermanfaat"  selama ini hanya manis dibibir saja. Tat kala melakukan kekilafan sedikit saja beritanya mudah tersebar kemana-mana. Tidak apa-apa, ini bagian dari keterbukaan informasi publik dan memang paling laku dipasaran.

Jujur, bibir akan lebih mudah menggunjing kesalahan/kekurangan orang lain ketimbang membahas kebaikan. Pepatah bijak menyatakan, "gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga" hal itu dapat dimaklumi dengan alasan apapun itu, laptop bukan manusia dan manusia bukan laptop.  Setidaknya kita bisa mengambil hikmah dari Laptop.

Menurut keyakinan yang aku anut, "orang yang menggunjing keburukan orang lain, pahalanya akan berpindah ke orang yang digunjingnya. Sementara dosa orang yang digunjing berpindah kepada orang yang menggunjing." Bagaimana menurut kalian?.

Saat ini laptopku masih mampu beroperasi, meski harus terus tercolok pada terminal listrik. musababnya blue screen karena virus dan harus diinstall ulang, batere laptopku juga sudah afkir sekelas laptop icore.3. Bukan masalah, selama masih bisa mempublikasi informasi kepada publik, disitulah tercipta kepuasan bathiniyah.

Selain smartphone kehadiran laptop atau komputer jinjing begitu vital, tak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama Pegawai Negeri Sipil sekarang bermigrasi Aparatur Sipil Negara ketergantungan dengan laptop sangat erat.

Laptopku itu menyayangi, bukan menyaingi. Laptop itu guru yang mendidik,  bukan menghardik. Benda ini merangkul, bukan memukul, keberadaannya membinaku, bukan menghinaku. Laptop menjadi tempat mencurahkan bukan memurahkan. Selama ini tempat mencari solusi bukan hanya mencari sensasi.

Bersaudara dengan laptop berarti saling membutuhkan, bukan meruntuhkan.  Menghargai, bukan melukai bagian dari manfaat laptop. Sifatnya hanya membela, bukan mencela. Tidak mencari-cari kesalahan tapi menutupi kesalahan. Tentu jauh berbeda manusia, bagaikan langit dan bumi.

Butiran-butiran kalimat bijak lahir dari jari jemari yang baik pula, semua orang bisa melakukan apapun yang diinginkan, namun tidak demikian dengan laptop. Sebagai mana pepatah mengatakan "dalamnya lautan bisa kita ukur, hati manusia siapa yang tahu"

Ini bukan lebay, akan tetapi sebuah penghargaan juga eksplorasi, disorientasi, rasionalitas untuk sebuah eksistensi karya yang tak pernah diakui pengarang, penerbit, maupun penulis kaliber manapun. Di sini Kepuasan bathinku dapatkan.

Memang harus membeli dengan uang untuk mendapatkan laptop baru. Setidaknya ucapan "terimakasih" dari pemakainya, adalah bayaran sepadan buat laptop  tuaku yang sakit-sakitan.

Makassar, 12 Mei 2018                                                         

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun