Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Koruptor Jarah Asupan Gizi, Rakyat Jelata "Bingung" Sendiri

28 Oktober 2017   18:37 Diperbarui: 28 Oktober 2017   18:51 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koruptor Jarah Asupan Gizi, Rakyat Jelata "Bingung" Sendiri

Nasi sebagai makanan utama berfungsi sebagai sumber tenaga bagi tubuh untuk dapat malakukan aktivitas korupsi sehari-hari.

Sayur-Mayur memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan zat pengatur organisasi pada sistem tubuh secara terstruktur, masif dan sistematis.

Lauk-Pauk berfungsi untuk memenuhi kebutuhan zat pembagi hasil korupsi.

Buah Mirip dengan sayur mayur, buah-buahan pada makanan memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan zat pengatur dan memperlancar sirkulasi korupsi pada rekanan.

Susu sebagai pelengkap dimana kombinasi sumber tenaga, pengatur dan pembagi terpenuhi, maka tidak ada kewajiban atau keharusan untuk mengembalikan harta jarahan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Betul, hasil korupsi itu mengandung berbagai macam kandungan zat yang berguna dan baik bagi tubuh pelakunya. Namun tidak ada salahnya perampas harta negara ini menyerahkan harta jarahan yang merugikan negara, setelah menyelewengkan uang rakyat.

Masalahnya, Gizi rakyat miskin semakin berkurang kualitasnya, akibat dikorupsi. Nasib orang pinggiran kebingungan tak mampu merasakan nikmatnya asupan gizi empat sehat lima sempurna.

Mau tidak mau orang miskin kekurangan gizi dan berlangsung berkepanjangan. Tidak ada lagi makanan layak untuk disantap. Rendah gizi, rendah lemak, rendah garam, dan rendah serat.

Perilaku koruptor bagaikan kera, dianggapnya sebagai suatu kenikmatan hakiki. Setiap kera punya nafsu memperkaya diri sendiri yang berpotensi melampaui batas. Keinginannya berlebihan biasa dikenal dengan sebutan ambisi birahi duniawi, keserakahan akan harta tahta, kesombongan dan dengki.

Sifat kera inilah yang menyebabkan tidak seimbangnya gizi empat sehat lima sepurna, berpotensi konflik atau "berkelahi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun