Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dampak PETI, Alam Gunung Botak Tak Lagi Sehat

21 September 2017   15:17 Diperbarui: 21 September 2017   15:31 2140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak PETI, Alam Gunung Botak Tak Sehat (sumber gambar: kumparan.com)

Gunung Botak di Kabupaten Buru, Maluku benar-benar botak terbilang parah, pohon tidak bakalan tumbuh lagi. Lantaran kandungan racun merkuri di gunung botak diambang batas kewajaran. Bukannya tanpa sebab, ini karena lahan tersebut dalam kondisi buruk rupa. Maraknya penambangan emas tanpa ijin yang dikelola masyarakat membuat gunung botak terlihat sekarat. Cara ini mereka lakukan demi kehidupan yang lebih layak.

Betapa dahsyatnya daya magis gunung botak meski rusak parah begitu, masyarakat terus saja mendatanginya untuk berburu emas, pelakunya bukan hanya masyarakat setempat, dari segala penjuru nusantara berburu kekayaan sumber daya alam pulau Buru-Maluku. Kondisi alamnya sebelumnya begitu subur, kini memang tidak layak disebut hutan, lebih tepat disebut camp pengungsian etnis Rohingya. Apabila tidak ditutup dengan segera, maka bahaya merkuri akan semakin mengancam kesehatan lingkungan gunung botak juga masyarakat sekitarnya.

Pasca penutupan tambang emas tanpa izin (PETI) Gunung Botak pada 2011. Ketimpangan perekonomian masyarakat muncul, pasalnya dari gunung botaklah masyarakat menumpukan hidup yang menjajikan. Kandungan emas di  Gunung Botak memang mengundang para penambang emas terus berdatangan. Dari sumber berita sangat mengejutkan!, pada 2015 lalu ada 50 ribu orang yang beraktivitas di gunung ini. Mereka adalah penambang, pemilik warung, pemilik hiburan karaoke, tukang ojek, para pengolah emas, dan lain-lain.

Urusan perut, kerusakan lingkungan nomor dua, asal dalam sehari mampu mendulang butiran emas, rasanya seperti memenangkan lotere ratusan juta rupiah. Akibat penambangan ini, alam di Gunung Botak rusak parah.

Puluhan bahkan ratusan tahun untuk memulihkan kesuburan gunung botak, karena penambang menggunakan merkuri dan sianida dalam aktivitas penambangan dan cara pengolahannya menggunakan racun berlebihan. Limbahnya dibuang begitu saja, termasuk mengalir ke sungai Anhoni yang mengarah ke laut Teluk Kayeli.

Untuk alih profesi mustahil, ingin jadi Anggota Dewan yang terhormat itu sudah penuh. Mendaftar CPNS usia melampaui batas, selain itu menjadi birokrat itu berat banyak aturan sanksinya. Merampok apalagi, hasilnya tidak relevan dengan perbuatan serta hukumannya. Tentu menjadi pertimbangan tersendiri beralih profesi dari penambang emas.

Gunung Botak memang destinasi favorit para penambang emas kelas rakyat bawah. Awalnya pada tahun 2011 seorang transmigran asal Jawa yang tinggal di Pulau Buru menemukan kandungan emas melimpah ruah di sungai di Gunung Botak. Karena popularitas kekayaan alamnya di tahun 2015 aktivitas penambang makin melonjak, jumlah warga yang menambang di area Gunung Botak diperkirakan mencapai 50.000 orang.

Upaya penutupan penambangan emas tanpa ijin oleh pemerintah sudah tepat sebelum kondisi lahan tersebut semakin kritis, tetapi selalu menemui kegagalan. Kegagalan diduga kuat karena banyak pejabat di Pulau Buru dan Maluku yang terlibat, begitu juga dengan aparat. Penutupan akhirnya membuahkan hasil setelah upaya ke-25 kali. Setelah penutupan, aparat gabungan disiagakan untuk menjaga Gunung Botak.

Sebagian penambang mulai meninggalkan lokasi penambangan emas tanpa ijin di gunung botak, namun masih banyak yang bertahan. Operasi penertiban dan pembersihan penambangan di area Gunung Botak tetap dilakukan aparat.

Merkuri dan sianida berlebihan membuat lahan gunung botak kritis.  Seperti apa ancaman yang dihadapi Pulau Buru akibat pertambangan emas ilegal menggunakan merkuri?.

Lantas. Apa solusi Pemerintah agar masyarakat yang masih mengandalkan gunung botak sebagai mata pencaharian utama tidak kembali menambang? Ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Pemerintah setempat.


Makassar, 21 September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun