Seperti biasa dalam mengisi libur panjang yang tepat jatuh pada Senin Wage, 24 April 2017 bertepatan Hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, kami memanfaatkannya dengan menyambangi stadion paling bersejarah di Kota Makassar yang menjadi homebase atau markas PSM klub kebanggaan warga Makassar. Tidak lain adalah Stadion Andi Mattalatta Mattoanging.
Boleh dibilang kami salah satu orang udik-kampungan di Kota Daeng ini. Sering berpergian ke mana-mana tapi sudah puluhan tahun tinggal di Kota Makassar baru kali pertama menginjakkan kaki ke rumput lapangan Stadion Mattalatta. Padahal, dahulu kami sering melewati stadion tersebut apabila ingin ke pasar sore, akrab disebut Pasar Senggol, yang berlokasi di daerah Sambung Jawa. Selain itu, kami juga biasa mencari sepeda bekas untuk anak-anak karena tepat di depan stadion berjajar pedagang sepeda bekas.
Seperti biasa, untuk sampai ke sana, kami menggunakan Bus Rapid Transit disingkat BRT sampai halte Kampus Universitas Cokroaminoto. Dari halte tersebut kami beralih menggunakan angkutan umum berupa pete-pete karena belum ada armada BRT belum langsung ke sana. Saya dengan ditemani putra kedua berangkat dari rumah Sudiang pagi-pagi pukul 08.30 WITA agar tidak kepanasan ketika sampai lokasi.
Sesampainya di Stadion Mattalatta, kami sempat bingung. Maklum orang udik-kampungan. Untuk menutupinya, kami sejenak berkeliling stadion di mana waktu itu pintu stadion terkunci. Teringat pepatah ‘malu bertanya sesat di jalan,’ akhirnya saya sok kenal bertanya kepada orang sekitar baik penjual bakso hingga orang-orang yang asyik bermain bola di depan stadion utama. Nyaris menyerah pulang, sebab mereka pada menjawab, tutuplah, tidak tahulah, cari pengelolanyalah. Tetek-bengek alasan kami temui.
Belum menyerah kami mencoba mendatangi seorang tentara yang lagi jogging dengan otot-otot kekarnya. Terlebih dahulu saya menjelaskan maksud dan tujuannya ke stadion yang sebenarnya bermula perdebatan istri, anak, dan saya mengenai panjang dan tinggi gawang standar FIFA. Jawabannya ada pada Eyang Google, tetapi untuk menambah Keseruan dan meyakinkan ibunya (istri) kami harus membuktikan langsung dengan mendatangi stadion. “Mas kalo masuk ke lapangan bisa lewat mana ya, soalnya pada hari libur tutup.” Sang tentara pun menjelaskan, “Di samping stadion tersebut ada keluarga tinggal. Coba bapak sama anaknya masuk melalui pintu tersebut.” "Terima kasih, Pak." Akhirnya penasaran kami terjawab. Memang ada keluarga tinggal di sisi dalam stadion akan tetapi hanya dibatasi pagar besi.
Stadion ini merupakan stadion cukup tua dibangun pada tahun 1957 dan saksi bisu sejarah lahirnya sebuah klub kebanggan warga Makassar, juga markas atau kandang salah satu klub tersukses di Kawasan Indonesia Timur, PSM Makassar lahir pada tahun 1915 memang terbilang tua namun disegani lawan-lawannya. Konon PSM Makassar lebih senior dari federasi sepak bola Indonesia (PSSI) baru berdiri tahun 1930 di Yogyakarta, berkapasitas 20.000 penonton. Awalnya tempat ini merupakan perkebunan milik Pemerintahan Hindia Belanda setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Namanya diabadikan dari prakarsa mantan Panglima Kodam XIV/Hasanuddin yaitu Andi Mattalatta di tahun 1957. Mattoanging diambil dari dua suku kata dalam bahasa Makassar, mattoa dan anging, jika diartikan ‘melirik atau menengok’ dan ‘angin.’
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sesumbar akan membangun Stadion bertaraf Internasional di Barombong sebagai pengganti Stadion Andi Mattalatta, konon gelontoran anggaran Rp. 100 miliar telah dikucurkan oleh Gubernur Sulawesi Selatan. Target stadion rampung tahun 2012. Faktanya hingga tahun 2017 ini belum juga ada tanda-tanda rampung, malah terbengkalai.
Makassar, 24 April 2017