Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Filosofi Tembang Jawa Sluku-sluku Bathok

23 Februari 2017   11:00 Diperbarui: 23 Februari 2017   20:00 37251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 (sumber gambar: http://www.widodogroho.com)

Tembang Jawa Sluku-Sluku Bathok ini dahulu begitu akrab di telinga anak-anak, termasuk saya yang pernah hidup bersama masyarakat jawa era 90-an, dan ditembangkan pada waktu bermain-main, sebagai anak-anak yang masa kecilnya bahagia senang-senang saja mendengar tembang ini tanpa tahu makna yang terkandung pada lirik tembang sluku-sluku bathok. Ya, bahkan tembang jawa gubahan dari bahasa arap ini berbagai media online sudah banyak yang mempostingnya, tidak ada salahnya kembali mencoba mengingatkan diri saya dan pembaca untuk lebih bijak, sebab kematian tidak tahu kapan akan menghampiri, hanya Tuhan dan waktu saja yang tahu.

Nah, jika ditelisik lebih jauh, ternyata lagu itu merupakan buatan Wali Songo yang digunakan sebagai metode dakwah. Dahulu mereka membuat syiar yang mudah ditangkap masyarakat awam saat itu. Syair Sluku-Sluku Bathok merupakan salah satu gendhing Jawa yang digunakan oleh Wali Songo untuk syiar agama Islam.

Syair tersebut bukan sekedar syair, jika disimak lirinya begitu mempunyai filosofi yang dalam. Tembang tersebut :

“Sluku-Sluku Bathok

Bathoke Ela Elo

Si Rama Menyang Solo

Oleh-Olehe Payung Mutho

Mak Jenthit Lolo Lo Bah

Yen Mati Ora Obah

Yen Obah Medeni Bocah

Yen Urip Goleko Duwit”

Sluku-sluku bathok/Usluku suluka bathnaka

Artinya: Hidup tidak boleh dihabiskan hanya untuk bekerja, waktunya istirahat ya istirahat, untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi yang seimbang, bathok atau kepala kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuanya.

Bathoke ela-elo/Bathnaka La ilaha illallahu

Artinya: Dengan berdzikir (ela elo laa ilaaha ilalloh) mengingat allah, syaraf neuron di otak akan mengendur, ingatlah Allah, dengan mengingat-Nya hati menjadi tentram.

Si Rama menyang Solo/Siiruu ma'aa man sholla

Artinya: Siram (mandilah, bersucilah) menyang (menuju) Solo (sholat) lalu bersuci dan dirikan Sholat.

Oleh-Olehe payung mutho/Allahu faizun 'ala man taaba

Artinya: Maka Kita Akan Mendapatkan Perlindungan (Payung) Dari Allah, Tuhan Kita,

Tak jenthit lolo lo bah/Ittakhidzillaha Robba

Artinya: Kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu, tak dapat diprediksi dan tak juga dikira-kira, tak bisa dimajukan dan tak bisa pula di mundurkan.

Wong mati ora obah/Man maata roaa dzunuubah

Artinya:Saat kematian datang, semua sudah terlambat, kesempatan beramal hilang.

Yen Obah Medeni Bocah/Dzunuuba dainin yaghillu yadah

Artinya:Banyak Jiwa Yang Rindu Untuk Kembali Pada Allah Ingin Minta Dihidupkan, Tapi Allah Tak Mengijinkan, Jika Mayat Hidup Lagi Maka Bentuknya Pasti Menakutkan Dan Mudhorotnya Lebih Besar.

Yen Urip Goleko Dhuwit/Rottibil kolbi bil qouluts tsabit

Artinya:Kesempatan Beramal Untuk Beramal Hanya ada di saat sekarang (selagi mampu dan ada waktu). Bukan dinanti (ketidak mampuan dan hilangnya kesempatan). Tempat beramal hanya disini (dunia) bukan disana (akherat). Disana bukan tempat beramal (bercocok tanam) tapi tempat memetik hasilnya (panen raya)

Menurut Endraswara (1999), tembang dolanan di atas dapat ditelusuri dari segi sufisme Jawa, yaitu filsafat Jawa yang sudah terpengaruh oleh ajaran Islam sehingga berbau mistik. Larik yang berbunyi “sluku-sluku bathok” berkaitan dengan “ghlusuk-ghlusuk batnaka” yang berarti ”bersihkanlah batinmu” makna dari larik itu adalah berupa perintah agar mencegah hawa nafsu terutama yang berkaitan dengan isi perut karena perut merupakan gambaran dari mikrokosmos.

Subhanalloh, dalam banget filosofi tembang "Sluku-Sluku Bathok"  karya Kanjeng Sunan KaliJogo dan seniman sekarang belum tentu mampu menciptakan karya sehebat para Waliulloh ini.

Semoga kita semua di beri keselamatan dunia dan akherat. Aamin.

Makassar, 23 Februari 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun