Usai hujan semalam buliran embun mengucur dari atas dedaunan...
Nampak beberapa ekor kupu-kupu, dua paling berpotensi mencari bunga warna-warni...
Entah apa jenis kelaminnya
Kesana kemari mengitari hampiri serbak mewanginya bunga...
Hinggap dari tangkai ke tangkai berikutnya lalu terbang mengendus bunga paling berpotensi, pergi lagi berkarir lebih tinggi
Mengapa hujan selalu datang..
Saat hati remuk redam kehilangan teman paling berpotensi di taman ini...
Sedang kepompong bertahan diam, merubah ulat menjadi kupu-kupu nyaman diantara serbuk sari...
Dunia kita tak lagi sama...
Kau berada di tempat yang tepat dan butuh cahaya informasi teknologi....
Dan sial harus lepas begitu saja, padahal sebentar lagi perputaran roda karantina kupu-kupu dirombak lagi
Aku jujur terbodohi dalam sepi menanti untuk bertemu....
Menjenuhkan, layu sebelum berkembang...
Namun entah kapan kita bisa ketemu
Lalu bersama lanjutkan visi misi yang tak berkelanjutan....
Satu persatu hujan menepi hening,
Kini kupu-kupu paling berpotensi itu terbata-bata tanpa kata melepas energi....
Tunaikan tugas sembari senyum seuntai bening air mata meniti di pipi
tak lagi ada iming-iming janji profesi.....
Dimana bumi dipijak disitu langit di junjung
Makassar, 27 Januari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H