Dan, kebebalan tersebut telah menelan korban, salah satunya tetangga saya sendiri. Seolah eksistensi zebra cross proyek yang harus dihapuskan dari negeri ini, karena percuma saja ada tanda zebra croos di jalan raya jika itu hanya ilusi tanpa makna. Jangankan zebra croos lah wong ada jembatan penyeberangan hanya sebagai penghias iklan ibukota dimana pejlan kaki juga lebih melanggar lalu lintas untuk menyeberang jalan, “pintas” salah satu alasan klasik yang tak sebanding dengan keselamatan nyawa kita sendiri.
Seakan kontruksi berfikir manusia moderen terkontaminasi ilusi kejahatan, kebrutalan dan pengkhianatan. Pernyataan ini menyingkapkan bahwa merenggut nyawa seseorang itu sesuatu yang sakral, padahal kecelakaan yang menimpa ibu dan anak ini gambaran kecil dari maraknya “raja jalanan” ibukota yang selalu menghadirkan teror tidak taat aturan termasuk aturan “rimba” pelampiasan amarah, padahal cara ini sama dengan pelaku tabrak lari yang membuat bangsa kita disebut bangsa bar-bar dan selama hidup kita akan selalu mendengar bunyi alaram dari mobil ambulan atas pengorbanan suatu kebenaran, mereka seperti terbuang dalam kemalangan adu kuasa pengendara jalan raya.
Agaknya ugal-ugalan menjadi alibi “nguber setoran” dan korban akan selalu bergelimpangan selama perilaku buruk dan melanggar aturan mudah dilakukan, dari pada mentaati nilai-nilai aturan jalan raya yang sebenarnya berdampak positif bagi orang banyak.
Makassar, 30 November 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H