Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anis Kurniawan, Sebuah Karya untuk Sebuah Kepercayaan

28 November 2016   07:19 Diperbarui: 28 November 2016   08:42 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akan tetapi dibalik diplomatis jawaban tersebut, demi kredibilitas blog terbesar ini, juga sebagai sahabat, saya tidak akan mengungkap AIB “keengganan” beliau menorehkan pemikiriannya di Kompasiana.

Dari catatan pengantar Indra J Piliang, Buku yang berisi kumpulan tulisan ini sangat menarikbagi siapapun yang ingin melihat carut marut, centang perenang, dan koreng bopeng di dunia politik. Dan buku ini bukan satu-satunya. Hampir setiap harinya kalimat-kalimat hujatan, hinaan dan cercaan terhadap dunia politik terpapar di medi massa, hador dalam media sosial, serta terucap di layar televisi dan radio. Hampir tidak ada lagi orang yang mampu menjadi pahlawan bagi dunia politik, sekalipun setiap saat kehadiran para pemimpin politik di segala level hadir, baik formal maupun informal."

"Buku ini layak dibaca di area pemakaman politik sebagaimana kita mungkin termasuk saya melakukannya setiap hari, ketimbang melakukan upaya yang serius guna menjadikan politik sebagai way of life yang menggairahkan."

Mengutip ungkapan Anis Kurniawan ketika memutuskan mengeluarkan sebuah buku politik sejumlah kawan menganggap betapa saya sedang salah jalan. Itu karena diawal saya berkelabat dalam dunia kampus, saya berlatar belakang Sastra. Diskusi-diskusi dan tulisan-tulisan saya sejak tahun 2002, melalui perihal sastra, seni, dan kebudayaan. Walau beberapa buah diantaranya, memang sejak lama sudah mulai menyentil domain lain khusunya politik.

Anis menuliskan, “Sesungguhnya saya tidak sedang melakukan migrasi dari satu fokus kajian ke fokus kajian lainnya. Pada saat mulai menghabiskan waktu lebih banyak membaca literatur mengenai politik, demokrasi dan kekuasaan saya menemukan bahwa sastra dan politik memiliki satu dimensi orientasi yang sama yakni sama-sama bicara nilai (value).” Tulisnya.

Bagian-bagian judulnya sangat menyentil pada logika berfikir tingkat dewa, terungkap kebinalan Sihir Bibir Trio Macan Membius Jokowi,  halaman 65. Menjual diri (Jangan) Pilih Saya Karena Iklan, halaman 171. Kebusukan Kentut Koruptor, halaman 217. Gaya hidup Para Pelacur Tuhan, halaman 236. Menyembulkan rasa penasaran akan judul Polisi Minta Duit, halaman 241. Bahkan Ternyata Mesjid pun Bukan Lagi Wilayah Netral, Barisan Shaf Ditentukan Kelas Sosial Juga, halaman 250. Hingga Kebebalan yang Mendarah Daging, halaman 285 terungkap dalam buku ini. Dan itu benar sedangkan saya tidak betul.

Saya perlu mengapresiasi sikap jujur Anis tersebut, karena membutuhkan usaha yang keras untuk menghasilkan karya yang tidak instant dan tidak akan pernah diungkap penulis lain. Sebuah karya untuk sebuah kepercayaan.

Saya tidak akan bisa membalas kebaikan Anis atas predikat “Kompasianer Produktif” akan tetapi pertemanan yang solid dan langgeng, tidak saling memiliki rasa dendam. Kepercayaan diberikan kepada yang sudah dikenal cukup baik.

Penutup kembali saya mengutip tulisan Anis Kurniawan, “Mari berdo’a, kelak Tuhan membedakan aroma kentut koruptor. Misalnya dengan bau busuk yang cetar membahana. Agar siapa saja yang kentut seperti itu akan diseret ramai-ramai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)-sebagai sampah masyarakat. Bila begitu, siapa berani kentut di Parlemen?

“Keindahan ini akan selalu membuatku untuk kembali dimasa itu.”

Makassar, 28 November 2016

Makassar, 28 November 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun