Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tragis! Karena Wanita Idaman Lain (WIL) Suami Biarkan Istri Dianiaya

17 Oktober 2016   11:50 Diperbarui: 17 Oktober 2016   12:01 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Berita tidak menggembirakan kaum perempuan kembali marak terjadi, kali ini datangnya dari Pekanbaru Riau.  Berawal dari seorang istri berinisial AF (31) hendak mengambil mobil yang dipakai suaminya untuk mengantar anaknya pergi ke sekolah. Lebih tepatnya di sebuah Pujasera di Jalan Kulim Ujung Kecamatan Payung Sekaki Pekanbaru-Riau pada Rabu (12/10).

Bukankah suami adalah seorang laki-laki yang menjadi jodoh seorang wanita dengan cara yang sah menurut syari’at. Setelah seorang laki-laki menjadi suami maka ia punya fungsi dan posisi terhadap istri, yang dahulunya diharamkan setelah melalui ikrar suci pernikahan menjadi halal.

Pada dasarnya mengarungi biduk rumah tangga tidak cukup sebatas menikah didepan penghulu saja, justru setelah menikah pasangan suami dan istri memasuki babak baru sebagaimana syariat. Istri ibarat pakaian bagi suaminya, suami pun sama saling menutupi aib masing-masing individu, jika rusak istri rusak pula suami, demikian pula jika suami serong maka istri kemungkinan besar ikut serong.

Tugas, fungsi dan posisi suami oleh Alloh ditetapkan sebagai orang yang mengatur, mendidik, meluruskan dan memberi perintah dalam rumah tangganya. Jadi seorang suami bertanggungjawab atas pemenuhan materi dan kehidupan agama istrinya. Namun jaman moderen saat ini tidak dapat dipungkiri terdapat suami-suami takut istri dikarenakan penghasilan istri lebih mendominasi ketimbang suami biasa disebut wanita karier, betul sekali tidak bisa menyalahkan opini tersebut nyatanya memang situasi dan kondisinya seperti itu. Hanya dibutuhkan toleransi kedua belah pihak untuk memposisikan diri masing-masing dalam rumah tangga jangan ada dusta diantara kita (kata Broery dan Dewi Yull).

Seperti ditulis Go Riau.com kronologis berawal tatkala korban berinisial AF (31) berniat mengambil mobil yang dipakai suaminya untuk mengantar anaknya pergi ke sekolah di sebuah Pujasera, setibanya di tempat kejadian perkara korban shock dan marah, karena mendapati suaminya berduaan didalam mobil bersama wanita idaman lain (WIL), keribuatan pun tak terhindarkan. Mendengar keributan tersebut, pemilik Pujasera mencoba melerai akan tetapi dengan cara kasar, akibatnya pelaku mendaratkan bogem mentah ke arah AF (31) hingga menyebabkan memar pada bagian tangan dan dada. Tragisnya, melihat istri dipukuli temannya didepan mata kepala bukannya melerai atau membela, malah membiarkannya, sehingga istrinya mengalami luka bagian tangan dan dada, gila!!!.

Peristiwa ini menandakan bahwa kekerasan terhadap perempuan masih terpampang nyata di depan mata, bahkan cenderung liar, brutal, frontal tidak memandang waktu, tempat, dan situasi. Sama-sama kita ketahui terjadilah tindakan keji diluar akal sehat kemanusiaan. Tidak adanya kenyamanan seperti usia pacaran dulu, pemicu terjadinya perselingkuhan dengan wanita idaman lain, kekerasan dalam rumah tangga pun tidak terelakkan.

Gejolak rumah tangga merupakan bumbu penyedap agar tidak hambar ibarat sayur tanpa garam, kurang sedap dilihat apabila suasana rumah tangga datar-datar saja, kaku, monoton. Ketika urusan rumah tangga mengarah ke tindak kekerasan melampai batas mustahil disebut cemburu akan lebih pantas dikatakan kriminal.

Untuk mendapatkan pelyanan terbaik dari istri, tergntung bagaimana seharusnya suami bersikap baik terhadap istri, bukan malah membiarkan istrinya dihajar laki-laki lain dengan semena-mena. Disisi lain hubungan intim tidak terpenuhi sebagai hak bathin sebagai suami terhadap istri terkadang menimbulkan cekcok antara keduanya sehingga melahirkan yang namanya selingkuh, kata teman saya selingan indah keluarga utuh.

Analisis permasalahan yang selama ini biasa diperoleh dari sudut pandang sosiologi atau psikologi atau lainnya mengenai harmonisasi rumah tangga, kasih sayang dan kepercayaan, jika diantara hilang kepercayaan pasti biduk rumah tangga tersebut akan selalu tersaji piring terbang, panci melayang hingga mengarah kepada kekerasan fisik.

Kasus tidak biasa ini sudah ditangani polisi sektor payung Sekaki, Kamis (13/10) korban sudah mendapat perawatan untuk mejalani visum. Menengok kekerasan demi kekearasan fisik yang dialami perempuan dari sabang hingga merauke, sepertinya emansipasi sebagai aspirasi wanita untuk mendapatkan keadilan belum berpengaruh terlalu signifikan sehingga kekejian demi kekejian terhadap wanita masih saja terjadi di pangkuan ibu pertiwi.

Makassar, 17 Oktober 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun