Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Negeri di Genggaman Dimas Kanjeng Taat Pribadi

16 Oktober 2016   09:55 Diperbarui: 19 Oktober 2016   11:07 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyelewengan jabatan/kekuasaan dengan meloloskan koruptor kakap yang merugikan negara triliunan rupiah merupakan ajaran sesat Dimas Kanjeng, sehingga mengaburkan filosofi hukum bahwa “tajam kebawah, tumpul keatas” sangatlah jelas.

Pada intinya, sebagian kita mungkin pernah menjadi Dimas Kanjeng Priabdi. Kerja seupil, kecurangan segudang, agar cepat kaya. Repotnya, ketika sudah berhasil dengan kecurangannya, kita bangga memamerkan kekayaan. Seolah dia sudah bekerja sangat keras.

Ideologi Dimas Kanjeng tidak mempedulikan proses, ideologi yang mencela proses, berpikiran hasil jauh lebih penting, tetek bengek proses menyebalkan toh pungli tetap jalan. Dia ingin dianggap sebagai Tuhan: “Kun Faya Kun” Jadilah maka terjadilah. Bim Salabim Abakradaba, terjadilah mencuri, menipu nilai harga pada kuitansi, maka duit anak yatim disikat, semua tidak berarti, tujuannya hanyalah menggandakan duit

Cara berfikir Dimas Kanjeng mampu merekrut banyak orang hingga banyak kawan. Mereka yang mau cepat kaya denga cara instant, curang, culas, korupsi-kolusi-nepotisme, pungli, mark-up sebuah proyek, menipu, merampok, akal bulus, mengkadali bawahan, konspirasi, sabotase, sentimen negatif semua adalah pola pikir kanjeng Dimas dalam bentuk yang lain. Negeri ini berpotensi hancur, karena populasi Dimas Kanjeng yang terlalu subur. Waspadalah Dimas Kanjeng ada dimana-mana, boleh jadi suatu saat saya menjelma Pribadi yang lain.

#Dimas Kanjeng Taat Pribadi boleh mendekam di bui, tapi ajarannya akan tetap abadi#

Makassar, 16 Oktober 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun