Penyelewengan jabatan/kekuasaan dengan meloloskan koruptor kakap yang merugikan negara triliunan rupiah merupakan ajaran sesat Dimas Kanjeng, sehingga mengaburkan filosofi hukum bahwa “tajam kebawah, tumpul keatas” sangatlah jelas.
Pada intinya, sebagian kita mungkin pernah menjadi Dimas Kanjeng Priabdi. Kerja seupil, kecurangan segudang, agar cepat kaya. Repotnya, ketika sudah berhasil dengan kecurangannya, kita bangga memamerkan kekayaan. Seolah dia sudah bekerja sangat keras.
Ideologi Dimas Kanjeng tidak mempedulikan proses, ideologi yang mencela proses, berpikiran hasil jauh lebih penting, tetek bengek proses menyebalkan toh pungli tetap jalan. Dia ingin dianggap sebagai Tuhan: “Kun Faya Kun” Jadilah maka terjadilah. Bim Salabim Abakradaba, terjadilah mencuri, menipu nilai harga pada kuitansi, maka duit anak yatim disikat, semua tidak berarti, tujuannya hanyalah menggandakan duit
Cara berfikir Dimas Kanjeng mampu merekrut banyak orang hingga banyak kawan. Mereka yang mau cepat kaya denga cara instant, curang, culas, korupsi-kolusi-nepotisme, pungli, mark-up sebuah proyek, menipu, merampok, akal bulus, mengkadali bawahan, konspirasi, sabotase, sentimen negatif semua adalah pola pikir kanjeng Dimas dalam bentuk yang lain. Negeri ini berpotensi hancur, karena populasi Dimas Kanjeng yang terlalu subur. Waspadalah Dimas Kanjeng ada dimana-mana, boleh jadi suatu saat saya menjelma Pribadi yang lain.
#Dimas Kanjeng Taat Pribadi boleh mendekam di bui, tapi ajarannya akan tetap abadi#
Makassar, 16 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H