(sumber gambar: http://mediatama.co/potret-firna-larasanti-anak-pemulung-yang-jadi-lulusan-terbaik-di-unnes/)
Firna Larasanti, anak seorang pemulung berprestasi IPK 3,77 hadir di acara terpopuler di indonesia Hitam Putih, dipandu oleh Magician Deddy Courbuzier (31/8/2016). Tidak salah apabila reality show satu ini sangat menginspirasi, para bintang tamunya juga sangat menginspirasi.
Berasal dari keluarga yang kurang mampu bukan alasan seseorang untuk tidak bisa berprestasi. Seperti yang dialami Firna Larasanti mahasiswi jurusan ilmu politik fakultas ilmu sosial Universitas Negeri Semarang. Memiliki orang tua yang berprofesi sebagai pemulung tidak menyurutkan tekadnya untuk berhenti kuliah hingga wisuda dan meraih IPK cumlaude yaitu 3,77 walau kuliah gadis berparas manis ini tetap cekatan membantu orang tua memilah botol-botol plastik yang kemudian akan dijual kembali.
Setelah berhasil lulus dan menyelesaikan kuliah S1 dari hasil beasiswanya ia ingin melanjutkan program Magister (S2) demi cita-citanya menjadi dosen.
Dengan bangga Master deddy mengundang tamunya Firna ke acara reality show Hitam Putih. Deddy pun ragu akan berita anak seorang pemulung sehingga kembali menanyakan kebenaran hal tersebut, dan secara singkat oleh Firna dijawab “ya, sekaligus menjelaskan kepada publik tanpa malu bahwa orang tuanya bekerja sebagai pemulung” ujarnya.
Firna pun membenarkan bahwa sehari-harinya disela-sela perkuliahan ikut memulung di pinggir jalan membantu orang tuanya. Sedangkan ibunya bekerja sebagai buruh cuci panggilan. Sejak 1993 orangtua Firna sebelum jadi pemulung berprofesi sebagai buruh serabutan, intinya mahasiswi berprestasi datang dari kelaurga tidak mampu, bukan keluarga kaya raya atau anak pejabat. Sungguh memalukan ada pejabat jadi penjahat lantas orangtuanya koruptor, apa kata dunia?
Master Deddy bertanya, “Dengan penghasilan tidak pasti, mampu kuliah, bagaimana caranya?” Pertanyaan tersebut dijawab Firna dengan tegas "bahwa modal nekat, tekat yang kuat, serta bangga terhadap kehebatan orang tuanya meski berprofesi sebagai pemulung dan ibunya buruh cuci harian. Baginya orang tua merupakan motivasi terbesarnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi, ridha orang tua yang pasrah akan keterbatasan yang mereka miliki menjadi semangat/spirit agar dapat memutus rantai kemiskinan, menjadi anak yang membanggakan orang tua."
Mereka memang bekerja sebagai pemulung, tetapi apa yang salah dengan pekerjaan sebagai pemulung. Pemulung juga sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain karena membersihkan sampah orang lain, memulung juga halal setidaknya orang tua Firna tidak pernah melakukan korupsi dan meminta-meminta atau mengemis, secara antusias ramai tepuk tangan dan sorak sorai penonton yang menyaksikan langsung acara tersebut.
Master Deddy menegaskan kembali pernyataan Firna, tidak ada yang salah dengan pemulung, yang salah ketika orang tuanya pemulung dan pasrah membiarkan anaknya tetap menjadi pemulung, seharusnya menaikkan derajat anaknya tersebut, itu yang dilakukan kedua orang tua Firna.
Sejak SMP Firna bekerja sebagai pengupas botol bekas, disela-sela kesibukan kegiatan sekolah dan juga tidak malu terjun langsung ke tempat-tempat rongsokan, setiap hari sampai lulus kuliah. Sementara kakaknya sementara melanjutkan kuliah jurusan Akutansi. Ibunya tamatan SD sangat bangga dan mendorong anaknya melanjutkan perguruan tinggi, dikarenakan kegagalan beliau meraih cita-cita maka anaknya dipacu untuk bisa kuliah, tidak seperti ke dua orang tuanya.
Firna anak seorang pemulung dari keluarga tidak mampu, sudah lulus S1 dengan hasil cumlaude akan melanjutkan kuliah Magister (S2) ke Australia mengambil ilmu jurusan sosial politik.