Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia Indonesia Menurut Pandangan Mochtar Lubis

20 Agustus 2016   16:59 Diperbarui: 22 Agustus 2016   11:37 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Feodalis:

Mereka yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan harus dihormati, yang tidak memiliki kekuasaan harus mengabdi kepada yang berkuasa termasuk keluarganya.

4. Masih Percaya Takhyul:

Sampai sekarang orang Indonesia masih percaya hal-hal gaib dan hal-hal yang dianggap keramat. Orang Indonesia juga percaya dengan jimat, mantera jampi-jampi dan lain sebagainya. Orang Indonesia pun sangat tertarik dengan yang namanya ramalan sehingga seorang paranormal pun bisa menjadi selebriti dan sumber rujukan.

5. Artistik:

Ciri ini identik memperlihatkan sesuatu yang indah, serta mempesona pandangan mata. Ciri ini bisa mampu menyimpan atau menyembunyikan keadaan sebenarnya yang ada dalam hidupnya, jiwanya.

Ciri ini datang dari sikap manusia indonesia yang ramah dan menyenangkan orang lain, sehingga tidak mau menyinggung siapa pun yang melihat hal-hal tidak baik, dan buruk dari dalam diri mereka.

6. Watak yang Lemah:

Lemahnya watak manusia Indonesia kurang dapat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya. Bermental tempe menggoyahkan keyakinannya. Dapat juga dilihat dari mulai tergerusnya budaya sendiri dan terganti dengan budaya asing.

7. Boros

Besar pasak daripada tiang, merupakan sifat yang banyak merasuki orang Indonesia. Cenderung boros. Dia senang berpakaian bagus, memakai perhiasan, berpesta-pesta.

Dan kebanyakan orang Indonesia akan berhutang terlebih dahulu dan akan dibayarkan dengan sesuatu yang sudah pasti didapatkan dikemudian hari.

8. Lebih suka tidak bekerja keras, kecuali kepepet:

Mau kaya tapi enggan bekerja keras. Mau dapat gelar tapi malas belajar. Itulah yang sering kita lihat di sekeliling kita.

Artis instan, pejabat instan dan lain sebagainya sudah terbiasa di negeri ini. Artinya, manusia Indonesia terbiasa hidup pada zona nyaman menginginkan sesuatu dengan instan, tanpa mengerti suatu proses panjang nan melelahkan.

9. Manusia Indonesia Tukang Menggerutu/berani berbicara di belakang:

Menggerutu, ngedumel, beraninya di belakang orang yang dikeluhkan. Biasa mencari orang yang sepemahaman dengan dirinya. Tidak bisa dihindari sifat ini sering kita jumpai dalam suatu pekerjaan suatu Instansi/Organisasi/Lembaga.

10. Cepat Cemburu dan Dengki

Sifat inilah yang membuat bangsa ini tetap terpuruk. Cemburu dan dengki terhadap orang lain yang dilihatnya lebih maju dari dia. Karena ketika ada manusia yang lebih berkualitas dan partai yang lebih baik, maka akan dihancurkan lewat berbagai cara.

Akibatnya mereka mudah untuk menjatuhkan orang lain melalui intrik, fitnah, dan lain-lain. Kita sering menyebutnya dengan sebutan SMS “Senang Melihat orang Susah, Susah Melihat orang Senang”.

11. Manusia Indonesia juga dapat dikatakan manusia sok

Kalau sudah berkuasa dengan mudah mabuk kekuasaan. Jika sudah kaya lupa daratan, rakus. Condong pamer kekayaan kepada orang lain.

12. Manusia Indonesia juga manusia tukang tiru atau Plagiat

Suka meniru merupakan budaya baru manusia indonesia, sehingga di Indonesia mudah ditemukan barang-barang palsu/KW. Bahkan di lingkungan akademik tidak luput dari yang namanya plagiat. Diakui maraknya kepalsuan disebabkan oleh pribadi manusia Indonesia yang mudah meniru.

Toh pada akhirnya dunia akan sadar bahwa keberadaan plagiat masih sangat dibutuhkan untuk melestarikan popularitas hasil karya penulis maupun barang ciptaannya. Terjebaknya bakat plagiat seseorang membuatnya seperti benalu, akui saja, saya "plagiat" Sebab manusia dikolong langit saat ini tak ada lagi yang bisa dipercaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun