Pasca lengsernya Mendikbud Anis Baswedan, tongkat estafet Menteri Pendidikan dan Kebudayaan beralih ke Muhadjir Effendy yang dilantik oleh Presiden Jokowi. Senada pergantian tampuk kepemimpinan tentu akan melahirkan kebijakan baru, pastinya harapan itu akan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tanpa berlama-lama usai menjabat Mendikbud Muhadjir Effendy menelorkan konsep pendidikan Full Day School, dan kata beliau wacana ini telah di setujui oleh Wakil Presiden pak JK, dibalik gagasan yang terkesan “dadakan” tersebut banyak mendapat sorotan. Pasalnya, wacana konsep tersebut mengundang kontroversial.
Konsep pendidikan full day school merupakan konsep belajar dari pagi hingga sore hari. Dengan “direstuinya” full day school, otomatis waktu istirahat siang anak tidak ada. Padahal anak-anak juga manusia punya waktu buat istirahat jangan samakan pisau belati, kata Candil. Pada jam-jam rawan itulah, istirahat mampu meningkatkan daya ingat bekerja maksimal atau refresh setelah seharian sekolah.
Menurut Ifa H Misbach Pengamat Pendidikan sekaligus Kordinator Pusat Studi Pendidikan Dan Kebijakan (PSPK), “usulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait penambahan jam pelajaran anak di sekolah atau konsep full day school tidak serta merta meningkatkan mutu pendidikan anak di sekolah.”
Sekolah bukan menjadi tempat mengerikan bagi anak sekolah, melainkan tempat aman, nyaman untuk mengenyam pendidikan, bukan dipaksakan seperti ini. Tidak hanya berhenti disitu saja anak-anak juga diberi kesempatan untuk bergaul di lingkungan sekitar agar tidak menjadi anak individualistis, egois, arogan, pemberontak dan anti sosial. Jutru, anak-anak sekolah juga perlu beradaptasi dengan lingkungan masyarakat dalam hal pengembangan karakternya.
Membaca polemik Full Day School di indonesia, saya teringat tulisan Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland berjudul "Why Asians Are Less Creative Than Westerners (2001)” Pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi nilai, belum berorientasi pemahaman. Akibatnya kita belajar hanya sekedar mengejar nilai bukan mendapatkan ilmu, berimbas pada proses seleksi masuk kerja.
Tidak heran apabila “perilaku koruptif” ditolerir/diterima sebagai sesuatu yang wajar. Pendidikan adalah memanusiakan manusia bukan membunuh, begitulah makna yang saya pahami, ketika pendidikan tidak memanusiakan manusia, secara tidak langsung telah mencetak robot berwujud manusia.
Sebelum benar-benar melegalkan wacana FDS pemerintah harus memikirkan psikis anak, boleh jadi karena dipaksakan sekolah sampai sore mereka bisa saja mereka berbuat diluar pengawasan orang tua, tidak mungkin guru mengawasi tingkah laku siswanya, bayangkan jika dalam satu kelas jumlah siswa 50 orang tentu wali kelas akan keteteran.
Mendibud beralasan gagasan full day school agar anak tidak sendirian ketika orang tua mereka masih bekerja. Pertanyaannya apakah semua orang tua bekerja dua-duanya? Apakah semua sekolah mampu menyediakan sarana dan prasarana atau asrama, contoh misalnya salah satu sekolah elite swasta, seperti Al-Azhar, Athirah untuk istirahat siswa? Dengan penerapan FDS apakah semua siswa dijamin tidak anarki atau berbuat asusila. Belum pertanyaan lain seperti gaji guru, makan siang siswa, kurikulumnya mau seperti apa? Dan polemik lain yang muncul akibat wacana FDS ini.
***
Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan. Finlandia justru percaya bahwa ujian dan test itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.
Pelajar indonesia mustahil dikatakan pintar apabila rangking terbawah. Apalagi kalau tidak lulus Ujian Nasional, rasanya hidup segan matipun enggan. Ketatnya persaingan di sekolah mungkin memang bertujuan supaya kita berlomba-lomba jadi lebih pintar. Tapi, negara dengan pendidikan terbaik dan murid terpintar di dunia yaitu Finlandia justru melakukan hal yang sebaliknya?
Berikut rahasia negara dengan peringkat pendidikannya terbaik di dunia, Finlandia:
- Di Finlandia, anak-anak baru boleh bersekolah setelah berusia 7 Tahun
- Cara belajar di Finlandia hanya 45 menit dan 15 menit istirahat
- Semua sekolah di Finlandia bebas dari biaya. sekolah swasta pun diatur secara ketat agar tetap terjangkau
- Semua guru dibiayai pemerintah untuk meraih gelar magister (S2).
- Gaji guru termasuk dalam jajaran pendapatan paling tinggi di Finlandia.
- Guru dianggap paling tahu cara mengevaluasi murid-muridnya, sehingga ujian nasional tidak diperlukan.
- Siswa SD-SMP di Finlandia hanya sekolah 4-5 Jam/hari.
- Sistem pendidikan Siswa SMP dan SMA, sudah seperti di bangku kuliah
- Di negara Finlandia tidak ada sistem rangking.
Hal-hal yang mendukung kemajuan pendidikan di Finlandia sebagai berikut ini:
- Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris serta wajib membaca satu buku setiap minggu.
- Sistem pendidikannya yang gratis sejak TK hingga tingkat universitas.
- Wajib belajar diterapkan kepada setiap anak sejak umur 7 tahun hingga 14 tahun.
- Selama masa pendidikan berlangsung, guru mendampingi proses belajar setiap siswa, khususnya mendampingi para siswa yang agak lamban atau lemah dalam hal belajar.
- Setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai perkembangan belajar dari setiap siswa.
- Ada perhatian khusus terhadap siswa-siswa pada tahap sekolah dasar, karena bagi mereka, menyelesaikan atau mengatasi masalah belajar bagi anak umur sekitar 7 tahun adalah jauh lebih mudah daripada siswa yang telah berumur 14 tahun.
- Orang tua bebas memilih sekolah untuk anaknya, meskipun perbedaan mutu antar-sekolah amat sangat kecil.
- Semua fasilitas belajar-mengajar dibayar serta disiapkan oleh negara.
- Negara membayar biaya kurang lebih 200 ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan studinya hingga tingkat universitas.
- Baik miskin maupun kaya semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar serta meraih cita-citanya karena semua ditanggung oleh negara.
- Pemerintah tidak segan-segan mengucurkan dana demi peningkatan mutu pendidikan itu sendiri, bukan di korup.
- Makan-minum di sekolah serta transportasi anak menuju ke sekolah semuanya ditangani oleh pemerintah.
- Biaya pendidkan datang dari pajak daerah, provinsi, serta dari tingkat nasional.
- Setiap guru menerima gaji rata-rata 3400 euro per bulan setara 42 juta rupiah.
- Guru disiapkan bukan saja untuk menjadi seorang profesor atau pengajar, melainkan disiapkan juga khususnya untuk menjadi seorang ahli pendidikan. Makanya, untuk menjadi guru pada sekolah dasar atau TK saja, guru itu harus memiliki tingkat pendidikan universitas. Kualitas Guru Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula.
- Jika kebanyakan negara percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru beranggapan sebaliknya, test tersebut yang menghancurkan tujuan belajar siswa.
- Pada usia 18 tahun siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
- Semua siswa dibimbing menjadi pribadi yang mandiri, mencari informasi secara independent.
- Siswa yang telat mikir akan mendapatkan bimbingan yang lebih intensif. di Finlandia tidak ada PR.
Hal inilah yang mendukung Finlandia berhasil menyandang gelar Negara dengan pendidikan paling berkualitas di dunia.
Sekarang, dengan sistem pendidikan yang katanya hebat, anak-anak tidak tersentuh peradaban budaya kita. Memang diajarkan tentang muatan lokal, namun kurang menyentuh ke aspek psikologi mereka.
Akhirnya, anak-anak kita bakal menjadi generasi berkarakter individualis, egosentris, liberalis, anarkis, anti sosial. Bayangkan usia 20-30 tahun ke depan mereka bakal calon pemimpin bangsa. Mau dibawa kemana kualitas generasi seperti ini.
Makassar, 10 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H