Indonesia merdeka 70 tahun lamanya, namun indonesia belum pernah merdeka dari bayang-bayang mantannya. Begitulah kira-kira pepatah cinta abad ini, saya sangat bedosa sekali jika malu-malu mengakuinya, jujur itu terjadi pada diri saya meski kini telah mempunyai satu istri dan empat orang anak. Diakui atau tidak kita semua pasti mengalami fantasi seperti itu.
Dan hak pribadi masing-masing manusia, untuk mengakuinya atau tidak, hanya TUHAN dan dirinya sendiri yang tahu jawabannya. Menurut hemat saya akan lebih indah suatu relationship didasari atas kejujuran, meski berat dari pada berbohong dengan pasangan kita atau pun sahabat kita, effect nya kan buat kebaikan kita juga.
Tidak ada salahnya membahagiakan orang terdekat kita, ditengah dahsyatnya dentuman teror BOM, NARKOBA, KOPI SIANIDA. Runtuhnya moralitas anak bangsa, hingga berani memperkosa anak gadis dibawah umur berjama’ah dilakukan pemuda-pemuda kekar, membuat masyarakat resah, gelisah, tidak tenang akan masa depan “keperawanan” anak perempuannya hingga kreativitas manusia memalsukan sesuatu menggunakan akal dan nafsu.
Ya...sudahlah itu urusan mereka, hanya satu pesan saya sob jangan mudah terprovokasi OKNUM tidak bertanggung jawab mengutip keuntungan dari balik tragedi belakangan marak terjadi. Paling tidak dengan membaca artikel ini, masyarakat sedikit terbantu untuk mengenali dan memahami sisi gelap dalam diri kita yang merupakan kelemahan setiap manusia disebut sebagai arketipe “bayangan” sisi tergelap dari manusia (the inner side of all human beings) sehingga akan memudahkan kita untuk mengarahkan sisi-sisi gelap tersebut ke sisi-sisi terang dalam diri manusia.
Dari sisi-sisi tersebut seiring kemajuan teknologi, kini semua orang bukan sadar, tapi mindset kita sebagai manusia moderen justru jeblok ke jurang kegelapan. Terpengaruh ajaran eropa berbau tidak relevan dengan akidah kita sebagai bagsa indonesia yang mayoritas muslim/muslimah.
Hal tidak lazim paling mengesankan adalah bangsa kita sangat mudah termakan arus budaya eropa, belum tentu cocok bagi anak muda-mudi sedang mabuk asmara, dalih bagi hasil, bangsa ini pun seperti “memelacurkan” diri kepada negara eropa secara intelektualitas, padahal tanpa terasa lahan tempat kita bernaung perlahan tapi pasti habis terkikis, oleh investasi korporasi asing. Bukannya melunasi hutang malah menambah hutang negara. Gitu aja kok repot!!!....
Selain ikut-ikutan budaya tersebut tidak logis menyimbolkan kesetiaan cinta dengan gembok cinta “love padlock” berpotensi menggiring generasi muda ke arah negatif. Dimana makna tersebut tidak bukan dan tidak lain adalah SETIA. Ajaran ini tentu sangat menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Serta melemahkan aqidah karena bisa memicu muda-mudi berbuat maksiat yang dilarang agama.
Tujuan “Gembok cinta” juga tidak jelas hanya membodohi masa depan generasi mendatang, masih banyak cara-cara bermanfaat bagi rakyat banyak tanpa harus membudayakan simbol-simbol cinta, akan lebih bermanfaat CICIN sebagai ikatan cinta, itu pun tidak menjamin hubungan mereka langgeng, apalagi GEMBOK. Apabila hubungan mereka kandas ditengah jalan, apakah GEMBOK tersebut dibuang juga, nggak kan? Kalau hubungan kandas gemboknya juga harus dilepas, sama saja tindakan KONYOL, musrik dong!!!
Dengan kata lain adanya dukungan dari pemerintah akan kesakralan gembok sebagaia ikatan sucui hubungan percintaan dibeberapa kota di indonesia, secara tidak langsung Pemerintah seperti mengamini maksiat. Penguatan akhlakul karimah generasi muda saat ini sangat penting. Sebelum, mereka terjerumus kepada sebuah hal-hal yang justru membawa kepada keterpurukan. Figur kota bermartabat akan sirna berganti martabak, ehmm.
Gembok akan lebih bermanfaat buat mengunci pagar dari ancaman pencurian. Bukankah jodoh, rejeki, maut di tangan Alloh SWT, syah-syah saja mencurahkan kasih sayang dengan cara apapun demi membahagiakan pasangan kita, kalau sudah berlebihan akan merusak hubungan tersebut. Kebiasaan teresbut hanya ada di Eropa. Bahkan di Prancis belakangan memicu penolakan dari sebagian penduduk setempat, khawatir terhadap keberadaan jembatan roboh karena dibebani ribuan gembok diatas sungai seine yang dianggap sebagai simbol penting perjalanan kota Paris.
Manusia adalah makhluk paling mulia sekaligus lebih rendah dari binatang. Sangat mudah dipengaruhi hal-hal berbau kesenangan duniawi. Sesungguhnya manusia itu relatif bermental buruk. Salah satunya adalah mudah meniru hal-hal yang berbau popularitas ke barat-baratan, padahal belum tentu pantas diterapkan di negara kita konon katanya “berbudaya timur” yang ada justru merusak citra budaya tesebut. Sekarang tinggal manusianya saja, mampu dan maukah menggunakan akalnya untuk terlebih dahulu menyaring pengaruh positif atau negatif sebelum tersesat ke lembah nista. Jawabannya ada pada diri manusia itu sendiri.
Bagaimana jika gembok cinta ternyata menjadi masalah...hayo!!!
Makassar, 28 Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H