Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perpustakaan Khusus Lembaga Pemerintah di Ambang Punah

22 Juli 2016   09:56 Diperbarui: 25 Juli 2016   16:48 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah-tengah “perdebatan” masih perlukah perpustakaan secara fisik berupa gedung, ruang, berisi rak-rak buku dan tempat membaca yang nyaman, saat orang mudah mengakses beragam informasi digital dan online melalui internet, setidaknya Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah seharusnya lebih memilih untuk menyediakan keduanya ketimbang menutupnya.

Pernyataan-pernyataan berbau negatif yang tak henti-hentinya akan perpustakaan dan segala isinya, tentu sebuah kemenangan hampa bagi mereka yang alergi akan tumbuh kembangnya perpustakaan  memasukkan makhluk-makhluk bermental benalu ke dalam daftar spesies yang terancam punah.

Dan, mengatakan perpustakaan sepi pengunjung, petugasnya tidak ada kerjaan selain hanya mengobral cerita merupakan keputusan kolot tapi bodoh, apalagi posisinya sebagai nahkoda sebuah institusi, sangat tidak etis keluar dari mulutnya yang kenyang mengenyam bangku pendidikan menutup gudangnya buku dan gudang ilmu (perpustakaan) karena banyolan-banyolan yang terlontar dari gagasan para pejabat pemerintah baik pusat maupun daerah ibarat sebuah tempat penjagalan binatang dimana dibunuh untuk dimakan dagingnya.

Sedangkan perpustakaan seperti wahana hewan liar tempat hobinya para pemburu bersenapan modern, sangat mengancam kelangsungan hidup jangka panjang ilmu perpustakaan. Meskipun masa depan pustakawan tampaknya suram khususnya para petugas perpustakaan dibawah naungan institusi yang tidak terlalu memprioritaskan pentingnya keberadaan perpustakaan, padahal masa depan mereka selama sekolah maupun kuliah banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan untuk mencari referensi, setelah kelar kok malah ada niatan menutup perpustakaan.

Padahal perpustakaan konvensional bisa siasati dengan memadukan data teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini, sebagai bahan promosi perpustakaan melalui media digital. TI adalah sarana dan prasarana (hardware, software, useware) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan dan menggunakan data secara bermakna.

Oleh karena itu, teknologi informasi menyediakan begitu banyak kemudahan dalam mengelola informasi dalam arti menyimpan, mengambil kembali, dan pemutahiran informasi melalui aplikasi manajemen perpustakaan berbasis open source atau website seperti open source Slims, bukan malah menutupnya dengan alasan yang tidak masuk di akal.

Senayan Library Management System (SlimS)  adalah perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3. Aplikasi ini pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan Nasional.

Agar lebih jelasnya para pemegang kebijakan mulai memikirkan pesatnya perkembangan perpustakaan digital bisa dengan mengundang pihak ketiga tentu ada upah kerja para pakar IT yang paham akan aplikasi OS Slims atau buku situs www.slims.web.id/ sekaligus pelatihan dan operasional aplikasi tersebut bukan malah berfikiran ortodoks menutup keberlangsungan hidup perpustakaan.

Meskipun niatan penutupan tersebut sebatas obrolan, setidaknya obrolan tersebut sangat menciderai petugasnya, bahkan saya yang mendengar kabar duka instansi tempat penyelenggaraan diklat, yang seharusnya memperbanyak sumber referensi agar para peserta berkunjung ke perpustakaan dalam menyelesaikan tugas pelatihan, malah akan musnahkan. Spontan tanpa sadar saya marah "pemimpin bodoh!!" yang menutup perpustakaan, tidak tahu ilmu perpustakaan.

Biarlah kemarahanku disampaikan kepada pimpinannya. Lebih memprihatinkannya petugasnya buta akan diklat perpustakaan, tidak pernah mengikuti diklat pustakawan. Saya akui adanya perpustakaan khusus di bawah naungan instansi pemerintah pusat maupun daerah, perpustakaan hanyalah proyek pelengkap duka.

Yang jelasnya kalau ada atasan di tempat kita kerja punya niat menutup perpustakaan apapun kondisi perpustakaan, maka pemimpin tersebut adalah "orang bodoh!" meskipun pendidikannya sampai pada level Professor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun