Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aan Mansyur dan Puisi-puisi Dahsyatnya

18 Juli 2016   09:44 Diperbarui: 18 Juli 2016   14:08 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: www.youtube.com/watch?v=W-EvsivEFes)

“Jendela Perpustakaan” salah satu puisi dari ribuan puisi yang ditulis ketika masa-masa tinggal di perpustakaan dan menyedihkan sekali, dan memaksa perpustakaan mereka dirikan harus tutup karena tidak ada relawannya yang mau, karena tidak di gaji. Ujar Aan Mansyur.

Najwa Sihab sebagai host sangat penasaran akan kelihaian bintang tamu talkshow acara Mata Najwa di Metro TV pada 11 Mei 2016 lalu. Pustakawan, Sastrawan asal Makassar yang sekaligus dipercaya menulis puisi AADC 2 oleh sang Produser. Aan membacakan puisinya berjudul ‘Jendela Perpustakaan’ dengan intonasi begitu rileks namun tiap baitnya mengandung daya tarik tersendiri bagi penonton yang menyaksikannya langsung maupun dari balik layar kaca.

Disini saya mencoba kembali menyampaikan puisi Aan Mansyur, agar public tahu bahwa masih ada anak-anak muda seperti Aan, putra asal Bone-Makassar, begitu peduli dengan dunia Literasi tanpa pamrih tanpa embel-embel bintang dan ketenaran.

Dan jerih payah itu membuahkan hasil, membuktikan dirinya dipercaya menggarap puisi film anak muda terlaris di indonesia berjudul AADC 2 karya Mira Lesmana. Keren nggak tuh!!!

Inilah bait dahsyatnya puisi Aan Masnyur

Jendela perpustakaan

Karya: Aan mansyur

Langit menyentuh buku-buku pada sore hari

Ketika para pengunjung diminta berhenti membaca

Seorang petugas akan menutupnya dan tidak menyadari pertemuan singkat mereka yang hangat..

Perpisahan dan warna masa kecil itu tiba-tiba musnah

Orang-orang pulang dengan pikiran lama di kepala

Lampu-lampu dipadamkan dengan alasan penghematan

Buku-buku tidak bisa membaca diri mereka sendiri

Malam akan datang dan kesunyian menyusun dirinya kembali

Di depan perpustakaan langit masih menatap jendela tertutup itu tanpa berkedip...

Aku tidak ingin cepat sampai di rumah

Kubiarkan langit yang sedih menyentuh kepalaku

Orang-orang tergesa dan tidak membawa buku

Mereka berbahaya dan tidak waspada

Dijalan menuju rumah aku ingin memikirkan semua bunyi-bunyian

Bahkan yang paling jauh- dan tidak ingin mengerti apa-apa

Di rumah hanya ingin ku renungkan diriku dan seluruh yang tidak ingin ku lupakan

Jika mimpi datang, aku ingin jadi jendela yang luas untuk langit, buku-buku dan kau..

Makassar, 18 Juli 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun