Belum cukup sampai disitu perilaku egoisme kian menjamur, mungkin karena “urusan perut” mengorbankan sebuah etika atas kebenaran yang sedemikian mahal itu, sehingga negeri ini mengalami defisit negarawan. Bangsa ini krisis super hero, orang-orang yang berjuang keras menegakkan nilai-nilai kebenaran tidak punya tempat lagi di negeri ini. Mereka seperti terbuang dalam kemalangannya, dimana sebuah peristiwa kesemerawutan sebuah ibukota menjadikan “sebagian” manusianya berlagak seperti bangsa bar-bar, kasar, egois, gelap mata, dalam memberlakukan sebuah tanda-tanda lalu-lintas seperti tidak pernah berakhir. Kira-kira di tempat yang semacam itulah, super hero bangsa ini terjerembab.
[caption caption="Dokumen Pribadi/Subhan Riyadi"]
Realisasinya traffic light hanyalah onggokan besi tua, penghias titik-titik jalan sisa proyek akhir tahun. Keberadaan zebra kross inilah saatnya pejalan kaki di anggap bak raja jalanan. Tanpa harus di burui, tanpa rasa takut di tabrak. Melenggang santai saja seperti jalan itu milik sendiri. Mau menyeberang ramai-ramai maupun sendirian sama saja. Tetapi disini Makassar (indonesia) kesadaran itu masih RENDAH!!!, berpotensi SIAPA CEPAT DIA DAPAT.
[caption caption="Dokumen Pribadi/ Subhan Riyadi"]
Makassar, 16 April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H